-
-
-
BAHAGIA ITU SIMPEL,
bersyukut atas segala nikmat dan bersabarlah atas cobaan yang di beri, bahagia mu, adalah bagaimana sikap mu ketika melihat mereka orang terdekatmu tersenyum .
-
-
This is default featured slide 5 title
Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.
Hidup Adalah Proses Bukan Hanya Sekedar Hasil.
Budaya Disiplin Adalah Esensi Kehidupan
Suatu hari ada
segerombolan pemuda sedang melakukan kegiatan pendisiplinan diri, mulai dari
cara duduk, berdiri dan duduk kembali, termasuk ketika akan menyentuh makanan
ringan yang telah disiapakan oleh panitia pelaksana, Mbak Lasiem terlihat
sedari awal mondar mandir menyusun dan merapikan barisan pasukan untuk duduk secara teratur, mereka
tidak berani menyentuh makanan sebelum mendapat perintah dari pimpinan pasukan,
dari peristiwa itu saya banyak mengambil pelajaran, bahwa hidup ini harus taat
pada aturan yang telah ditentukan.
Disiplin, kata ini seringkali kita dengar
kalimat yang terasa sederhana,
tetapi justru di situlah letak kesulitannya. Banyak orang tahu pentingnya
bangun pagi, menepati janji, atau mengatur waktu dengan baik. Namun hanya
sedikit orang yang
benar-benar konsisten melakukannya, Seorang pekerja yang terbiasa datang
tepat waktu, bekerja dengan fokus, dan menyelesaikan tugas sesuai target,
perlahan akan mendapatkan kepercayaan lebih dari atasannya. Seorang pedagang
yang disiplin menjaga kualitas barang dan melayani pelanggan dengan tepat, akan
melihat usahanya tumbuh dan dipercaya. Bahkan seorang ayah atau ibu yang
disiplin dalam mendidik anak-anaknya, kelak akan menuai hasil berupa pribadi
yang mandiri dan bertanggung jawab, begitu juga hal nya dengan seorang pelajar
yang disiplin dalam menajemen waktu ta’at pada aturan sekolah dan guru, akan mendapatkan nilai yang
lebih tinggi dari rekan-rekanya.
Disiplin bukanlah beban, melainkan investasi
jangka panjang. Ia mengajarkan kita untuk menghargai waktu, menghormati janji,
dan melatih diri menghadapi kesulitan. Orang yang sukses bukanlah mereka yang
sekali dalam berusaha lalu berhasil dalam tujuan, melalainkan mereka yang berulang
kali menjaga kebiasaan baik meski terasa berat, Ingatlah, keberhasilan besar
bukan dibangun dalam sehari. Ia lahir dari disiplin kecil yang kita ulang
setiap hari. Bangun lebih pagi, bekerja lebih teratur, menjaga lisan, menepati
janji, hingga melawan rasa malas, semua itulah yang menjadi tangga menuju
puncak.
Banyak orang yang merasa
dirinya tidak sempat dan waktu tidak cukup, padahal ia belum mencoba sama
sekali, bahkan sering menjadi budak atas kemalasan yang ia bangun sendiri, Maka jangan menunggu besok untuk
memulai disiplin. Mulailah dari hari ini, dari hal-hal kecil. Karena
keberhasilan sejati hanya bisa diraih oleh mereka yang sabar, tekun, dan setia
menjaga disiplin diri,
Kita sering melihat di SPBU aktifitas pengisian bahan
bakar minyak pada kendaraan juga tidak bisa dilakukan secara bersamaan dalam satu
waktu, mau tidak mau mereka harus bergantian, budaya antri wajib diterapkan,
pembagian sembako, air bersih sampai pada uang kesejahteraan rakyat juga dibagikan
oleh petugas secara bergantian, tidak ada dilakukan scara bersamaan dalam satu
waktu, itu mengingat begitu penting nya budaya antrian dalam setiap sektor
kehidupan untuk mengatur sirklus kehidupan bisa berjalan dengan seimbang, coba
perhatikan bagi seseorang yang pecandu rokok beratpun, ketika berpuasa seharian
penuh dan waktu detik-detik berbuka perasaan riang bahagia menyelimuti segenap
jiwa, iapun harus memilih antara merokok didahulukan atau makan terlebih
dahulu, tentu seorang perokok pun tidak akan merasakan nikmatnya kenikmatan
keduanya saat ketika dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu.
Hidup ini adalah sisi yang bergantian, kita yang sekarang ini menduduki posisi sebagai seorang pemimipin juga menggantikan posisi orang sebelum kita, Begitulah roda kehidupan berputar. Tidak ada jabatan yang abadi, tidak ada kedudukan yang selamanya kita genggam. Hari ini kita memimpin, esok mungkin kita dipimpin, maka dari itu yang terpenting bukanlah berapa lama kita berada di posisi itu, melainkan seberapa besar amanah yang kita tunaikan dengan baik. Pemimpin yang disiplin, adil, dan bijaksana akan dikenang bukan karena jabatannya, tetapi karena jejak kebaikan yang ia tinggalkan.
Seorang pemimpin sejati tidak mencari kehormatan untuk
dirinya, tetapi memberikan manfaat bagi orang lain. Ia mengerti bahwa
kepemimpinan bukan tentang kedudukan
melainkan tentang
pengabdian. Dan pada akhirnya, setiap pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban, bukan hanya di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan
Allah, saya berterimakasih sekali kepada rekan-rakan yang seharian ini
mewujudkan rasa kepeduliana dan kedisiplinan untuk menata hidup lebih matang dan
memanfaat kesempatan umur, serta waktu yang diberikan Allah untuk melakukan
perkara yang bermanfaat.
Maka, selama kesempatan itu masih ada, pimpinlah dengan
hati, dengan disiplin, dengan keadilan, dan dengan ketulusan. Tumbuhkan rasa
kasih diantara sesama untuk menjadi pribadi yang rahmatan lil alamin.
Sentrum Iman Dari Sang Mentri.
Hari ini saya mengikuti pembukaan Pendidikan Profesi Guru dalam jabatan,
dibuka secara serentak seluruh indonesia, pelaksanaan ini tidak main-main
gebrakan luar biasa dilakukan oleh kementrian agama Republik Indonesia, dalam
gurun waktu tahun 2025 ini per bulan Agustus telah mencapai target sebesar
206,411 yang telah disetifikasikan, tentu ini bukan angka yang standar tapi
melebihi daripada target dari tahun-tahun sebelumnya, pembukaan ini dibuka
langsung oleh Mentri Agama Republik Indonesia KH. Nazarudin Umar, bagi saya
beliau adalah sosok figur yang sederhana tapi berkualitas, mungkin saya salah
satu dari jutaan rakyat Indonesia yang mengagumi beliau, saya selalu mencermati
setiap perkataan beliau, setiap rangkaian kalimat dan susunan kata-kata yang
keluar dari lisanya selalu memberikan semangat baru dan penuh makna.
Saya mengutip dari perkataan beliau bahawa Pendidikan Profesi Guru (PPG)
jangan dilihat hanya sebatas formalitas untuk menuju sertifikasi, melainkan
transformasi menuju profesionalisme, karena Guru adalah ujung tombak pendidikan,
dengan adanya pelaksanaan PPG ini tentu harapan nya adalah bagi seluruh Guru Indonesia
mampu semakin berintegritas, profesional, dan jadi tauladan bagi generasi
bangsa, itu artinya peran guru sangat menentukan nasip baik buruk nya
peradaban sebuah bangsa, bagi seorang guru yang profesional harus mampu
mengukur empat kriteria yang pertama adalah Learning How To Lear, yaitu
Belajar Bagaimana Belajar. Ternyata
kita sebagai seorang guru harus belajar, balajar banyak hal dari lingkungan
sekitar, termasuk belajar kepada murid kita sendiri, karena memang pada
hakikatnya kita mengajar itu adalah belajar, belajar untuk bisa mentranfer ilmu
pengetahuan sehingga bisa dirasakan manfaatnya kepada peserta didik kita,
setelah kita belajar bagaiman belajar, maka otomatis akan membawa kita terus belajar,
yaitu belajar bagaiman mengajar, Learning To How Teach, sebagai tolak
ukur yang ke dua, pada posisi ke dua ini lah porsi Guru mampu menginternasikan
kepada murid-murid untuk belajar bagaimana belajar, setiap anak-anak murid itu
diajarkan bagaimana belajar, maka hal ini orientasinya ada pada istilah Taklimul Muta’allim dalam pendidikan,
kemuadian yang ke Tiga, Taech
How To Learn, Belajar Bagaimana
Belajar, jadi seorang Guru harus bisa mengajarkan bagaiman seorang murid
itu belajar dan juga disinilah terletaknya istilah Teaaching How To Teach, Mengajar Bagaimana Mengajar,
dari ke empat komponen inilah harus bisa kita pisahkan untuk menjadi
seorang guru profesional, kita sebagai seorang guru tidak boleh menyatukan
antara digit-digit diatas agar supaya lebih bisa tampil secara profesional dan
tidak mencampur adukan antara satu kriteria denga kriteria laianya, seorang
guru profesional harus bisa tampil menajdi Tiga figur dalam waktu bersamaan,
pertama ia harus mampu menjadi sebagai seorang Pengajar, maka ia akan
melahirkan murid yang ilmuan, seseorang yang ilmuan itu ia pintar tapi tidak
harus mengamalkan ilmu yang ia dapatkan , yang Kedua seorang guru harus
menjadai seorang Pendidik, maka ia akan melahirkan murid-murid yang intelegtual,
seseorang yang intelegtual maka ia berilmu dan akan mengamalkan ilmunya, ke
Tiga seorang Guru harus benar-benar menjadi Guru, maka ia akan
melahirkan murid-muridnya menjadi cedekiawan, maka seorang cendekiawan tidak
hanya berilmu, mengamalkan ilmunya, tetapi ia juga bisa bermanfaat dan
dirasakan oleh orang lain, itu artinya seorang Guru Profesional tidak hanya
mengajar dengan Rasio, tapi juga dengan Rasa, kerana mengajar dengan Rasio maka
ia akan menjadi seorang Pengajar, dan
jika ia mengajar dengan Rasa maka ia akan menjadi seorang Pendidik.
Jangan heran ketika kita meneumui dilapangan seorang guru yang ketika
dikelas ia berpakaian rapi, berjilbab atau berpeci, menutup aurat dan
bepenampilan smart, akan tetapi ketika diluar kelas atau diluar sekolah, ia
berubah penampilan, menjadi lebih arogan, berpakaian ketat, pergaulan bebas
bicaranya tidak lagi berwibawa, maka seorang Guru yang seperti ini hanya
menepati posisi sebagai seorang Pengajar, dan ia tidak akan mampu menularkan
dan menelurkan nilai-nilai kebaikan kepada muridnya-muridnya, sehingga ilmu
yang disampaikan sangat minim dari pengamalan dan kebrhasilan dalam mencapai
tujuan bagi murid-muridnya, Guru profesional ibarat obor yang menerangi
kegelapan , menerangi jalan-jalan dan menjadi lentera hari bagi murid-muridnya
sehingga selalu menuntun untuk menemui cahaya kehidupan, Minazzulumati ilannur.
Kalimat demi kalimat dari beliau ini saya cermati dan benar-benar
memberikan sentruman Iman yang luar biasa bagi pribadi diri saya, menggungah
jiwa yang selama ini tidur dengan
kelalaian hakikat sebagai seorang Guru, tidak boleh hanya sebatas menjadi
pekerja dan mendapatkan Gaji lalu dinikmati bersama keluarga, tapi kita harus
bisa bagaimana menjadi Guru yang hadir dengan panggilan jiwa, sehingga
inovasi-inovasi akan lahir disetiap kelas, membawa murid-muridnya kearah
peradaban masa depan yang cemerlang bukan malah sebaliknya menjadi murid-murid
pecundang, mengarahkan murid-murid nya menajadi generasi masa depan perintis
bukan setakat pewaris, mencetak generasi yang ulul albab (ilmuan, intelegtua
dan cendekiawan).
Kang Hasan Sang Penjaga Lisan
Dalam sunyi sebuah pagi, ada seorang lelaki sederhana yang dikenal penduduk kampung bukan karena hartanya, bukan pula karena kedudukannya, melainkan karena kelembutan lisannya. Ia bernama Kang Hasan, seorang pedagang kecil di pasar yang tutur katanya menyejukkan hati, bahkan saat berhadapan dengan orang yang membentaknya. Tak pernah sekali pun terdengar darinya kalimat yang menyakiti, apalagi fitnah atau ghibah. Di tengah hiruk pikuk dunia yang penuh suara, Kang Hasan memilih diam bila tak ada manfaat yang bisa ia ucapkan, Orang-orang sering berkata, “Kang Hasan itu seperti air di padang gersang, lisannya menyejukkan.” Padahal, ia hanyalah seseorang yang memahami dengan sungguh sabda Nabi ﷺ, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pagi itu juga, saat saya sedang mengendarai sepeda motor,
bertemu dengan Kang Hasan, yang masih sibuk melayani pelanggan dipasar,
terlihat sikap santun dan ramah kepada setiap pembeli membuat orang-orang
melewati jalanan pasar itu mampir dan duduk dilapak kang hasan, ada juga yang tidak membeli
apa-apa Cuma sekedar duduk, dan ngobrol kepada kang hasan, yang hanya senyum
dan sedikit sekali komentar untuk membalas kata-kata atau kalimat dari orang
yang mengajak nya berbicara, sangat sedikit kita menjumpai orang seperti kang
hasan di dunia ini , sedikit berbicara banyak senyum nya
Demikianlah,
Kang Hasan menjadi pelita. Bukan karena banyak bicara, tapi karena ia menjaga
satu hal yang paling ringan diucap, tapi paling berat hisabnya, lisan ini
memang tidak bertulang, namun saat salah dan tidak tepat dalam menempatkan
posisi nya maka rasa tusukanya ini sakitnya bisa tujuh keturuan tidak hilang,
kita kadang tidak menyadari dalam canda dan gurauan terhadap teman-teman di
kantor, atau ditempat kita masing-masing, ada celetukan kata menjadi kalimat
yang menyakiti hati lawan bicara kita, menyayat perasaanya sehingga menoreh
rasa sedih dan gulana dalam jiwa nya, terkadang juga pada pasangan kita tidak
sedikit orang mengalami keretakan dalam rumah tangga bahkan perpisahan dan
perceraian akibat kata-kata yang tidak tepat pada posisinya.
Sering terjadi dilingkungan kehidupan
kita perkra lisan memang sulit dikendalikan, contoh kecil saat ketika kita
mendapat kan surat undangan resepsi pernikahan atau hajatan lalinya dari
kerabat atau tetangga kita dikampung, lebih banyak mana ucapan terimakasih atau
komentar lebih terhadapa kertas undangan yang diberikan kepada kita, “mmmm
alah..undangan seperti ini berapalah harganya...” walau hanya setakat ucapan
demikian itu tapi sudah cukup syarat untuk menoreh luka dan dosa pada diri
kita, bagaiman....apakah kita pernah melakukan hal demikia...
Tak hanya itu, ke esokan harinya pas
tepatnya kita berangkat ke tempat resepsi hajatan itu, juga tak sedikit
diantara kita yang lebih banyak komentarnya daripada rasa syukurnya, barangkali
ketika kita sampai, yang pertama kali dituju adalah tempat juadah hidangan
disiapkan, ini juga bisa menjadi sasaran ladang dosa bagi kita, tidak jarang
diantara kita yang mengomentari, mulai dari piring yang basah karena tidak
dilap kering oleh panitia hajatan, bergeser kepada nasi yang dikomentari
“..nasi nya kuning, keras dan kurang mateng dan lain-lain”...hh...belum lagi
ketika mengambil sambel dendeng yang tipis seperti daun, ....bahkan ketika
duduk mau makan saja sempat kita melontarkan komentar kepada kedua mempelai
yang sedang duduk bersanding dengan indah cantik dan tampan, .....mmm kenapa
lah pengantin nya jadi tidak bagus, dengan dandanan seperti itu, padahal kalau
tidak didandani pengantinya cantik, ni andam dari mana laaa...yang dipakai....samapai
segitu terkadang kita berkomentar, belum lagi permasalahan berkat yang hanya
isinya tumisan Mi atau hanya telur rebus saja...hhhhh... jika dihitung-hitung
bisa hangus tiket kita menuju syurga hanya karena dengan kalimat yang keluar dari lisan kita.
Menjaga lisan adalah bagian dari tiket
untuk menuju syurga, dalam potongan hadis saya pernah membaca diantara golongan
orang yang dirindui syurga adalah mereka orang yang menjaga lisan Hafidzil lIsan...bahkan dalam Al-Qur’an
juga disebutkan salah satu penyebab terjerumusnya manusia masuk kedalam Neraka
karena waktu didunia tidak menjaga lisan dan senagn berbicara yang tidak ada
manfaatnya Wakunna Nakhudu Ma’al
Khoidin...
Terimaksaih kang Hasan yang telah
memberikan ilmu dan pelajaran berharga lewat sikaf dan prilaku, semoga kang
Hasan tetap sehat, berkah dalam usaha dan bahagia bersama keluarga....
#SudutkotaSelatpanjang
Hakikat Kehambaan dan Rahmat Allah
Dalam pandangan Islam, seorang hamba
adalah makhluk ciptaan Allah yang diciptakan bukan hanya sekedar hidup menikmati yang ia dapat hari ini,dan berusaha untuk hari yang akan datang tetapi untuk mengabdi, tunduk, dan taat
sepenuhnya kepada Rabb-nya. Allah ﷻ berfirman:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
(QS. Adz-Dzariyat: 56)
Dari ayat ini, kita memahami bahwa hakikat seorang hamba adalah makhluk
yang hidup untuk ibadah. Bukan sekadar ibadah dalam bentuk salat, puasa, atau
zikir, tetapi ibadah dalam arti yang luas (setiap aktivitas yang
diniatkan karena Allah dan sesuai dengan syariat-Nya). Seorang
hamba sejati adalah dia yang sadar bahwa dirinya tidak memiliki apa-apa. Kekuatannya
terbatas, ilmunya sedikit, hartanya titipan, bahkan hidup dan matinya pun bukan
dalam genggamannya. Maka ia bersandar dan bergantung penuh kepada Allah, SWT. berdoa dengan rendah hati, dan berserah diri
dalam setiap takdir yang ditetapkan untuknya. Ia tidak sombong
ketika diberi, dan tidak putus asa ketika diuji. Karena ia tahu, semua datang
dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Dalam sujudnya, ia merasa dekat. Dalam
musibah, ia tetap bersyukur. Dalam kesenangan, ia tidak lupa diri.
Malam ini saya dan
kang Arif sedang ngaji (Ngatur Jiwa) duduk bareng bersama Kyai. M.Dalhar, saya mendengarkan bacaarn
kitab Iḥyā’
‘Ulūm al-Dīn, Kitab ini dianggap sebagai sintesis ilmu syariat dan tasawuf,
dan merupakan upaya Imam Al-Ghazali untuk menghidupkan kembali ruh keislaman
yang sejatinya
mencakup dimensi lahir dan batin, ilmu dan amal, fiqh dan akhlak, kitab ini lumayan tebal pada juz 1 kami mengaji nya sudah berjalan 2
tahun belum juga selesai, satu hal yang menarik dalam pembahasan malam ini,
yaitu tentang keberadaan Doa seorang
Hamba, yang dikorelasikan dengan takdir allah, jika takdir seorang hamba itu
sudah ada sejak zaman Azali, lantas apa gunanya berdoa buat kita.
Doa bukan hanya sekedar meminta, tapi doa adalah bentuk tertinggi dari
penghambaan seorang hamba kepada Rabb-nya. Ia bukan sekadar lisan yang
bergetar, tetapi jiwa yang tunduk dan hati yang berserah diri. Dalam Islam, doa
merupakan ibadah yang sangat mulia. Rasulullah ﷺ bersabda, “Doa
adalah inti dari ibadah” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa seorang
hamba yang berdoa, sejatinya sedang mengakui kebesaran Allah dan kelemahan
dirinya.
Bukan kah allah
pun memberikan motivasi kepada hambanya dengan doa “ berdoalah (mintalah) kamu kepada ku, niscaya aku akan mengabulkan”. Ayat ini menjadi
janji dan jaminan dari Allah bahwa setiap doa yang dipanjatkan dengan penuh
keimanan dan ketulusan akan mendapatkan jawaban, meski terkadang bukan dalam
bentuk yang kita harapkan, melainkan dalam bentuk yang lebih baik sesuai dengan
yang kita butuhkan, memang takdir kehidupan manusia sudah ditentukan sejak
dizaman azhali, maka disitulah keberadaan Doa untuk
menginstal ulang setiap kepastian yang terjadi dalam hidup kita, kekuatan doa
mampu menahan dan bahkan menghilangkan balak, musibah dan bencana, jadi
keberadaan Doa sangatlah penting dalam menata srtategi hidup kita untuk
mencapai tujuan. Antara Doa, Iman dan Takdir ini memiliki keterkaitan yang
signifikan.
Saat ketika takdir
sudah ditentukan, maka keberadaan iman untuk menentralisirkan dari setiap
kejadian yang ada, disitulah doa sebangai pendingin kala jiwa sedang meronta,
saya contohkan salah satu takdir mansuia semisal adalah mendapatkan musibah
dengan kecelakan yang mengakibatkan ia harus kehilangan sebelah tanganya, tapi
dengan keberadaan doa maka mampu merubah takdir yang tadi nya sudah ditentukan,
namun kepastian belum terjadi, disinilah keberadaan doa sebagai pembenteng diri
untuk terhindar dari musibah dan mara bahaya, pran iman juga sangan
mendominasikan dan memposisikan diri antara Qhada dan Qadar.
Ketika seorang hamba mengangkat kedua
tangannya dalam doa, ia sedang menautkan harapannya kepada Zat yang Maha
Mendengar, Maha Mengetahui, dan Maha Mengabulkan. Dalam doa terdapat ketenangan
jiwa, penghapus duka, dan penenang dalam kesempitan hidup. Bahkan, dalam
musibah sekalipun, doa adalah penguat iman.
Cahaya Di Ujung Semester
BERTAMU di RUMAH SAHABAT TIONG HOWA
BISA SANG MAWAR BERDURI
=ANTARA BER-JUANG DAN BER-UANG=
Riawanti
pagi itu bediri didepan para peserta Latihan kepemimpinan Dasar organiasi yang
digelar oleh rakan-rekan Osim Di sekolah ku, kata LKD ini sudah lama saya
dengar sejak 13 tahun lalu ketika baru merajak di bangku kuliah, tapi LDK
dikampus maknanya adalah lembaga dakwah kampus, sama dalam penyebutan tapi beda
dalam memaknai dan melaksanakan dilapangan. Saya ingat betul ketika buk Ria
menyampaikan pidatonya didepan publik, kata motiavsi dan semangatnya mampu
menyulut jiwa para peserta yang tidur
dalam keheningan seakan kegiatan ini hanya ceremonial saja, tapi tiba-tba
semangat dari peserta ini sepontan memecah ketenangan dan api semangat
organisasi di tubuh para pemuda yang siap untuk mengguncang dunia, tepuk tangan
gemuruh pun ikut berteriak menyambut kata-kata yang keluar dari pimpinan mereka..
Tak
lama setelah itu pimpinan tertinggi dari organisasi itu pun angkat bicara
diatas podium itu yang ditakuti oleh
kebanyakan mereka, setiap kalimat nya juga tak mau kalah dengan sambutan yang
pertama, ‘”seorang pemimpin itu harus siap berjuang dan berkorban rela berkorban ditengah kesulitan dan
tantangan,seorang pemimpin harus tetap tegar dan tidak pernah lelah dengan kata
menyerah, seorang pemimpin harus memahami bahwa kepemimpinan bukanlah tentang
mencari kemuliaan dan ketenaran pribadi,
tapi seorang pemimpin harus tahu tentang melayani orang lain dan mencapai
tujuan yang lebih besar, dan perlu di ketahui juga seorang pemimpin bukanlah
seorang yang sempurna, sehingga ketika dibawah kepemimpinan nya nanti terdapat
kekeliruan janganlah menjadi seperti tinta yang menitik di hamparan kertas
putih, sangat kelihatan dan kita sering melupakan setiap sisi kertas yang
putih” tutur sang pemimpin tertinggi dalam sambutan yang syarat dengan makna
itu.
Penyematan
kartu tanda peserta pun terpasang mengalungi leher mereka, dan baju seragam
oren itu juga menyelimuti seluruh peserta, semakin menambah semangat mereka
dalam mengikuti materi dari beberpa narasumber yang sengaja didatangkan dari
pusat kabupaten yang terdiri dari motivator, akademisi dan aparat keamanan
(TNI). Setiap materi yang disampaikan syarat dengan makna dan luas
denganpengalaman dari masing-masing narasumber, mereka mengikuti dengan hidmat
dan sangat antusias sekali, saya melihat dari empat sisi (depan,belakang,
samping kanan dan kiri) tidak seorang pun diantara mereka yang pecah dan liar
dari konsentrasi saat mengikuti kegiatan yang belangsung selama lebih kurang sepuluh jam itu.
Kegiatan
ini diawali dengan pembacaan ayat suci al Qu’an,yang dilantunkan oleh Ilfayu
Mahgfirah, seorang gadis belia yang sholeha, setiap lantunan ayat demi ayat
yang dibacakan mampu menusuk qalbu, sehinga mampu merubah resah nya hati
menjadi tentram seketika saat mendengar lantunan kalam Ilahi yang dibacakan
oleh ilfayu, saya mangenal beliau ketika mengikuti kegiatan MTQ tingkat
Provinsi tahun lalu yang diselenggrakan di kota Dumai dengan cabang
Hifdzil Qur’an, yang sekarang masih
menduduki kelas X di tingkat MA, setara dengan kelas satu SMA, Kegiatan itupun
berlansung Penuh hidmat, dan dilajutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya,
untuk semakin menumbuhkan rasa Nasionalisme kepada seluruh peserta, lagur Mars Madrasah
pun semakin membahana disetiap sisi kegiatan pagi itu.
Okta
kurniawan, peserta yang paling aktif dalam kegiatan tersebut, setiap pertanyaan
yang di lontarkan kepada setiap narasumber sangat menginspirasi peserta lainya,
sehingga suasana semakin aktif dan bersahaja walau demikian tidaklah
menyurutkan semangat rekan peserta lainya untuk menyambut dengan jawaban dan
saling megajukan pertayan, narasumeber yang pertama ini saya lihat sanagt
bersemangat, atau mungkin memang bawaan dari lahir sudah semagat, maklum latar
belakang nya adalah militer, sekaligus sebagai orang yang di tuakan di daerah
itu pada jajaran satuan Tentar Nasoanal Indonesia, saya tidak terlalu akrab
mengenalnya tapi kebersamaan dalam waktu yang singkat itu membuat kami saling
mengenal satu sama lain, kalau dlihat dari wajah si beliau agak mirip dengan
pemain film holliwood Sylvester Enzio Stallone atau lebih dkenal dengan Rambo,meskipun
wajah nya mirip dengan Rambo tapi hatinya seperti Rhoma, lembut dan humoris dan
sangat menyenangkan.
Kegiatan
latihan Dasar Kepemimpinan Tahun ini agak berbeda dengan tahun sebelum
nya,biasa setiap kegiatan memakan dana yang besar, namun tahun ini sangat
terbatas sekali dari sisi pendanaan, saya tahu betul setiap kegiatan apapun itu
tidak akan terlepas dari yang namanya dana yang lebih mudah disebut dengan
uang, tapi ternyata jiwa militansi dari jajaran panitia sama sekali tidak
mundur walau serba terbatas, buktinya kegiatan bisa berjalan dengan lancar dan
sukses, mereka harus bisa dan mapu dtempa untuk menjadi generasi yang siap
berjuang walau tak beruang, demi untuk mencapai rencana yang besar, dengan
semangat yang besar.
Dalam
segmentasi pertama materi di isi oleh narasumber dari angkatan darat, yang
berpangkat sersan, beliau menyampaikan materi tentang wawasan kebangsaan,
betapa pentingnya bagi setiap generasi anak bangsa ini mengetahui dan mencintai
bangsanya, melalui berbagai macam cara dan model, ada yang meujudkan bentuk
cinta kepada bangsa ini dengan berkarya melalui tulisan, membangun peradaban,
menjaga budaya, bahasa dan saling menghormati atas perbedaan, indnesia adalah
negara yang besar maka butuh nyali yang besar juga untuk menjaga nya dari
ancaman-ancaman dari luar maupun dari dalam, sebagai generasi penerus bangsa
para peserta latihan ini membuktikan rasa cinta nya kepada negeri ini dengan
giat menuntut ilmu, dan belajar untuk disiplin dalam menata diri dan waktu, setelah
materi selesai para peserta pun diajak turun kelapangan untuk melalukan
refleksi dengan baris berbaris, ternyata dalam gerakan baris berbaris ini
memberikan banyak makna dalam kehidupan, terlihat dari barisan dan gerakan para
pemuda itu betapa pentingnya untuk menjaga kerapian, setiap gerakan harus sama
dan barispun harus sejajara, hal ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya
untuk menjaga kebersamaan dalam mengatur sebuah kelompok atau komunitas, hal
ini lah yang seharusnya dimiliki oleh setiap pribadi permuda generasi bangsa,
apalagi kegiatan ini adalah tentang bagiama menjadi seorang pemimpin yang
menahkodai sebuah kelompok atau organisasi, hadirnya seorang pemimpin yang
tangguh dan disiplin serta mampu bekerja sama sangat di butuhkan.
Materi berikutnya disampaikan dari tokoh
organisasi pemuda, yang aktif dalam aktifitas gerakan, suntikan materinya mampu
memukau para peserta sehingga tak seorang pun dari peserta yang mengalihkan
pandangan, mereka hanya tau satu arah pandangan menuju raut wajah narasumber,
fikiran nya mampun di setir dalam alam semanngat dalam berorgnisasi, pertanyaan
silih berganti dan jawaban pun saling bersambutan membuat suasana menjadi
reflek seakan sedang sidang paripurna di gedung DPR, ternyata begitu aktif dan
semangat para pesrta mamapu menyingkat ruang dan waktu yang dua jam serasa dua
menit, tanp terasa waktu pun telah sampai pada pukul 12,22 Wib. Suara azan pun
terdengar dengan lirih dan merdu dari kejauahan, saya yakin itu suara muazin
yang mengumandangakan dari pengeras suara masjid yang tidak berapa jauh dati
tempat pelatihan, seluruh peseta pun bergegas untuk melaksanan kewajiban selaku
seorang muslim dan mukmin, mereka sholat secara berjamaan dan dilanjutkan makan
siang bersama, dengan berkeliling membuat lingkaran, saya melihat keakraban dan
persaudaran lahir dari suasana itu, nasi dan lauk pauk sudah siap terhidang
dihadapan mereka yang dibungkus dalam kotak Spolipom,
Menjelang
pada pukul 13 , 30 wib, para peserta pun sudah ontime menungg materi
berikutnya, dari seorang akademisi, yang sudah bergelar Doktor, sekaligus ketua
ormas keagamaan tempat berkumpulnya para Ulama, Zuama’ dan cendekiawan muslim,
sungguh ini adalah pelatihan organisiswa yang spesial dan spektakuler, yang
mampu mendatangkan tiga tokoh besar di daerah itu, saya yakin ini bukan
kegiatan yang main-main, Riawanti selaku ketua pelaksana ternyata sedang
menyiapkan para gernerasi bangsa yang hebat dan tangguh untuk masa depan,
materi ke tiga ini sangat unik dan menarik, kalau materi yang pertama mampu
membuat peseta tegang dan tegas, sementara ke dua mampum membakar semangat
peserta dalam berorganisasi dan berkarya, materi ke tiga ini ternyata mampu
membuat seluruh peserta serasa hidup dalam dunia Upin dan Ipin, keadaan
berjalan dengan santai tanpa ada beban, tapi meski demikian banyak sekali
hikmah dan pelajaran yang mampu mereka serap dari meteri yang disampaikan.
Menjalani
kehidupan ini memenag seharus nya kita berorganisasi, agama islam juga adalah
agama yang memuat bayak hal tentang organisasi, maka menjadi pemimpin
organisasis harus melahirkan rasa cinta dalam setiap prilakunya, rasa cinta
yang dibaluri dengan naluri kasih sayang akan mengantarkan roda organisasi yang
dipimpin menjadi berputar secara seimbang, sehingga mampu dirasakan manfaatnya
oleh setiap anggota, begitulah cuplikan singkat dari materi yang disampaikan
oleh narasumber.
semoga
kelak anak kits generasi penerus bangsa ini bisa menjadi pemimpin-pemimpin
besar, untuk cita-cita yang besar, uang bukan ukuran untuk mencapai impian,
berjuang Dan berusaha adalah kunci untuk mencapai harapan yang besar, kits
harus ber-Juang untuk menjadi orang yang ber-Uang.
=UMT=
















