NUansa.UMT

Hidup Adalah Proses Bukan Hanya Sekedar Hasil.

motivasi dan informasi
Hujan turun cukup deras di sore itu, menyapu bersih debu debu dihalaman madrasah yang hampir sepi, Dira memeluk Erat buku buku catatan dari sang pembimbing. Ia baru saja selesai mengikuti seleksi olimpiade matematika di tingkat kabupaten, otaknya masih penuh dengan angka dan rumus yang cukup untuk menghela hembusan nafas..hhhhhh...belum lagi besok pagi-pagi sebelum subuh harus bergegas untuk melanjutkan ditingkat provinsi, tapi saya yakin Dera tipe orang tidak mudah menyerah.
Benar saja sebelum Subuh Dera sudah bersiap-siap untuk melanjutkan perjuangan di laga kompetisi Olimpiade dijenjang yang lebih tinggi, perjalanan kami menaiki kempang (Perahu) dari pelabuhan Gogok Darussalam menuju sungai rawa, derasnya arus tak lagi kami hiraukan untuk sampai ke Negeri bertuah, perjalanan yang lumayan melelahkan, Tiga jam perjalan menyusuri sungai dan selat, tak menyurutkan semangat nya untuk terus melangkah, kami pun tiba di dermaga sungai rawa tepat pada pukul 09,15 Wib, terlihat dua bus sudah menunggu dan siap untuk mengantaka kami melanjutkan perjalanan yang ditempuh selama Tiga jam lagi.
Tak hanya semangat seorang Dera yang menyala dalam Bus itu, tapi saya melihat 30 lebih peserta kontingen lainnya sudah siaga untuk menyabet prestasi di Medan laga, Tak memperdulikan apapun hasilnya nanti, karena kami memang ditempa untuk tidak melihat hasil tapi proses yang harus diperjuangkan, perjalanan 3 jam itu telah mengantarkan kami sampai pada lokasi yang di nantikan, lelah dan lesu wajar saja terlihat di wajah mereka, tapi tekat tetap bulat untuk tampil yang terbaik. Kami memang dari latar belakang yang berbeda, namun memiliki harapan dan tujuan yang sama, ibarat sepasang kaki memang tak pernah melangkah bersama, tapi tujuan tetap sama.
Kompetisi dimulai setelah sehari kami tiba, hari pertama Dera terlihat begitu semangat untuk mengikuti perlombaan, tak perduli pengalaman pertama sering membuat ragu dan gelisah, tapi Dera lebih percaya dengan kemampuan dan keyakinan sebuah proses pasti akan menuai hasil, apaun itu kenyataanya, ia buang jauh-jauh rasa ragu itu agar diberikan kemudahan dalam melangkah,  satu demi satu setiap soal  misteri di balik layar kaca diatas meja itu ia selesaikan dengan  yakin, bukan perkara benar dan salah dalam memilih jawaban dari setiap soal tapi keyakinan dan kepercayaan yang membuat Dera lebih tenang.
Dua jam telah ia lalui tak sedikitpun kerutan di jidanya terlihat, saya semakin yakin bahwa Dera memiliki kemampuan diatas rata - rata, keluar dari ruang ber AC ( Air Condition) itu,  ia pun mensugukan senyuman ceria dan bahagia didepan pembimbing nya, yang sedari awal sudah terlihat cemas melebihi Dera, saya pun menghapiri nya dan memberikan sapaan singkat kepada nya, Deraaa….?, ia pun menjawab hanya dengan kode ”Oke…! dengan ibu jarinya menyentuh ujung jari telunjuk dan membuat likaran, kode itu sudah cukup meyakinkan saya bahwa Dera baik-baik saja. 
Pembimbingnya pun lega  saat melihat Dera keluar dangan tenang dari ruangan itu, tak lama kemudian saya melihat ada peserta dari kontingen lain, keluar secara bergantian dari ruangan. Aneka ragam ekpresi yang dipragakan, ada yang menggaruk kepala, berkipas menggukan potongan kertas padahal beru saja keluar dari ruangan berAc, ada juga yang tertawa bergembira seakan sedang mendapatkan hadiah, tak sedikit juga yang keluar dengan wajah polos dan penuh penyesalan, seakan dunia telah berakhir, padahal hasil belum menentukan siapa pemenangnya, saya melihat banyak sekali Pelajaran yang bisa saya ambil dari paragaan mereka, ternyata hidup ini singkat dan hanya sebatas kemungkinan, tidak ada kepastian di dunia ini. 
Ada Dera yang terlihat tenang dalam menghadapi probelmatika kehidupan yang tidak sedikit, tapi meski demikan ia bisa memposisikan diri sebagai seorang hamba yang sungguhnya, bukan hasil yang menjadi tujuan (hakikat) tapi melainkan proses yang menjadi pertimbangan dalam sebuah penentu keberhasilan, (syariat), ada mereka yang menampilkan wajah gembira riang seakan hidup ini tiada beban, ada juga seseorang yang menjalani kehidupan ini penuh dengan penderitaan dan bingung setiap kali bertemu dengan sahabat atau rekan kerja, isi nya hanya mengeluh dan kesah, tak jarang juga kita melihat seseorang yang hanya pusing dan bingun dalam menjalani kehidupan, tapi tidak mau mencari Solusi, ada juga yang terlihat smart dan energik dalam menyikapi setiap persoalan, tapi pada hakikatnya juga dia tidak mengeri tentang apa yang ia lakukan, jangan-jangan saya juga termasuk dalam golongan diantara mereka.
Perjalanan Dera di ajang olimpiade ini bukan hanya tentang angka, rumus, dan soal-soal yang harus diselesaikan. Tapi Lebih dari itu, ia adalah cermin tentang bagaimana manusia seharusnya menjalani kehidupan: berani melangkah meski penuh aral, tetap tenang meski penuh tekanan, dan selalu yakin bahwa proses jauh lebih berharga daripada sekadar hasil. Dari setiap ekspresi yang keluar dari ruangan itu, kita belajar bahwa hidup memang hanya sebatas kemungkinan, tak ada yang pasti selain usaha dan doa. Dera telah mengajarkan kepada saya dan kita, bahwa kemenangan sejati bukanlah teletak pada piala atau medali, melainkan keteguhan hati untuk terus berjalan tanpa menyerah. Dan di sanalah, nilai sebuah perjalanan akan selalu abadi.
Sehingga ada akhirnya, kita menyadari bahwa hidup ini bukanlah tentang seberapa banyak kemenangan yang kita raih, tetapi seberapa tulus kita menjalani setiap prosesnya. Dera telah menunjukkan, bahwa ketenangan lahir dari keyakinan, dan keyakinan tumbuh dari kesungguhan hati dalam berusaha. Hasil bisa datang dan pergi, piala bisa usang dimakan waktu, tetapi nilai perjuangan akan selalu hidup dalam jiwa. Dari Dera kita belajar, bahwa manusia sejati bukan ia yang selalu menang, melainkan ia yang mampu berdiri teguh dan Tangguh dalam setiap perjalanan, dan menjadikan setiap langkahnya sebagai jalan menuju kedewasaan. =NewOMI=
Share:

Budaya Disiplin Adalah Esensi Kehidupan

Suatu hari ada segerombolan pemuda sedang melakukan kegiatan pendisiplinan diri, mulai dari cara duduk, berdiri dan duduk kembali, termasuk ketika akan menyentuh makanan ringan yang telah disiapakan oleh panitia pelaksana, Mbak Lasiem terlihat sedari awal mondar mandir menyusun dan merapikan barisan  pasukan untuk duduk secara teratur, mereka tidak berani menyentuh makanan sebelum mendapat perintah dari pimpinan pasukan, dari peristiwa itu saya banyak mengambil pelajaran, bahwa hidup ini harus taat pada aturan yang telah ditentukan.

Disiplin, kata ini seringkali kita dengar kalimat yang terasa sederhana, tetapi justru di situlah letak kesulitannya. Banyak orang tahu pentingnya bangun pagi, menepati janji, atau mengatur waktu dengan baik. Namun hanya sedikit orang yang benar-benar konsisten melakukannya, Seorang pekerja yang terbiasa datang tepat waktu, bekerja dengan fokus, dan menyelesaikan tugas sesuai target, perlahan akan mendapatkan kepercayaan lebih dari atasannya. Seorang pedagang yang disiplin menjaga kualitas barang dan melayani pelanggan dengan tepat, akan melihat usahanya tumbuh dan dipercaya. Bahkan seorang ayah atau ibu yang disiplin dalam mendidik anak-anaknya, kelak akan menuai hasil berupa pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab, begitu juga hal nya dengan seorang pelajar yang disiplin dalam menajemen waktu ta’at pada aturan  sekolah dan guru, akan mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari rekan-rekanya.

Disiplin bukanlah beban, melainkan investasi jangka panjang. Ia mengajarkan kita untuk menghargai waktu, menghormati janji, dan melatih diri menghadapi kesulitan. Orang yang sukses bukanlah mereka yang sekali dalam berusaha lalu berhasil dalam tujuan, melalainkan mereka yang berulang kali menjaga kebiasaan baik meski terasa berat, Ingatlah, keberhasilan besar bukan dibangun dalam sehari. Ia lahir dari disiplin kecil yang kita ulang setiap hari. Bangun lebih pagi, bekerja lebih teratur, menjaga lisan, menepati janji, hingga melawan rasa malas, semua itulah yang menjadi tangga menuju puncak.

Banyak orang yang merasa dirinya tidak sempat dan waktu tidak cukup, padahal ia belum mencoba sama sekali, bahkan sering menjadi budak atas kemalasan yang ia bangun sendiri, Maka jangan menunggu besok untuk memulai disiplin. Mulailah dari hari ini, dari hal-hal kecil. Karena keberhasilan sejati hanya bisa diraih oleh mereka yang sabar, tekun, dan setia menjaga disiplin diri,

Kita sering melihat di SPBU aktifitas pengisian bahan bakar minyak pada kendaraan juga tidak bisa dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu, mau tidak mau mereka harus bergantian, budaya antri wajib diterapkan, pembagian sembako, air bersih sampai pada uang kesejahteraan rakyat juga dibagikan oleh petugas secara bergantian, tidak ada dilakukan scara bersamaan dalam satu waktu, itu mengingat begitu penting nya budaya antrian dalam setiap sektor kehidupan untuk mengatur sirklus kehidupan bisa berjalan dengan seimbang, coba perhatikan bagi seseorang yang pecandu rokok beratpun, ketika berpuasa seharian penuh dan waktu detik-detik berbuka perasaan riang bahagia menyelimuti segenap jiwa, iapun harus memilih antara merokok didahulukan atau makan terlebih dahulu, tentu seorang perokok pun tidak akan merasakan nikmatnya kenikmatan keduanya saat ketika dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu.

Hidup ini adalah sisi yang bergantian, kita yang sekarang ini menduduki posisi sebagai seorang pemimipin juga menggantikan posisi orang sebelum kita, Begitulah roda kehidupan berputar. Tidak ada jabatan yang abadi, tidak ada kedudukan yang selamanya kita genggam. Hari ini kita memimpin, esok mungkin kita dipimpin, maka dari itu  yang terpenting bukanlah berapa lama kita berada di posisi itu, melainkan seberapa besar amanah yang kita tunaikan dengan baik. Pemimpin yang disiplin, adil, dan bijaksana akan dikenang bukan karena jabatannya, tetapi karena jejak kebaikan yang ia tinggalkan.

Seorang pemimpin sejati tidak mencari kehormatan untuk dirinya, tetapi memberikan manfaat bagi orang lain. Ia mengerti bahwa kepemimpinan bukan tentang kedudukan melainkan tentang pengabdian. Dan pada akhirnya, setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban, bukan hanya di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan Allah, saya berterimakasih sekali kepada rekan-rakan yang seharian ini mewujudkan rasa kepeduliana dan kedisiplinan untuk menata hidup lebih matang dan memanfaat kesempatan umur, serta waktu yang diberikan Allah untuk melakukan perkara yang bermanfaat.

Maka, selama kesempatan itu masih ada, pimpinlah dengan hati, dengan disiplin, dengan keadilan, dan dengan ketulusan. Tumbuhkan rasa kasih diantara sesama untuk menjadi pribadi yang rahmatan lil alamin.


Share:

Sentrum Iman Dari Sang Mentri.

Hari ini saya mengikuti pembukaan Pendidikan Profesi Guru dalam jabatan, dibuka secara serentak seluruh indonesia, pelaksanaan ini tidak main-main gebrakan luar biasa dilakukan oleh kementrian agama Republik Indonesia, dalam gurun waktu tahun 2025 ini per bulan Agustus telah mencapai target sebesar 206,411 yang telah disetifikasikan, tentu ini bukan angka yang standar tapi melebihi daripada target dari tahun-tahun sebelumnya, pembukaan ini dibuka langsung oleh Mentri Agama Republik Indonesia KH. Nazarudin Umar, bagi saya beliau adalah sosok figur yang sederhana tapi berkualitas, mungkin saya salah satu dari jutaan rakyat Indonesia yang mengagumi beliau, saya selalu mencermati setiap perkataan beliau, setiap rangkaian kalimat dan susunan kata-kata yang keluar dari lisanya selalu memberikan semangat baru dan penuh makna.

Saya mengutip dari perkataan beliau bahawa Pendidikan Profesi Guru (PPG) jangan dilihat hanya sebatas formalitas untuk menuju sertifikasi, melainkan transformasi menuju profesionalisme, karena Guru adalah ujung tombak pendidikan, dengan adanya pelaksanaan PPG ini tentu harapan nya adalah bagi seluruh Guru Indonesia mampu semakin berintegritas, profesional, dan jadi tauladan bagi generasi bangsa, itu artinya peran guru sangat menentukan nasip baik buruk nya peradaban sebuah bangsa, bagi seorang guru yang profesional harus mampu mengukur empat kriteria yang pertama adalah Learning How To Lear,  yaitu Belajar Bagaimana Belajar.  Ternyata kita sebagai seorang guru harus belajar, balajar banyak hal dari lingkungan sekitar, termasuk belajar kepada murid kita sendiri, karena memang pada hakikatnya kita mengajar itu adalah belajar, belajar untuk bisa mentranfer ilmu pengetahuan sehingga bisa dirasakan manfaatnya kepada peserta didik kita, setelah kita belajar bagaiman belajar,  maka otomatis akan membawa kita terus belajar, yaitu belajar bagaiman mengajar, Learning To How Teach, sebagai tolak ukur yang ke dua, pada posisi ke dua ini lah porsi Guru mampu menginternasikan kepada murid-murid untuk belajar bagaimana belajar, setiap anak-anak murid itu diajarkan bagaimana belajar, maka hal ini orientasinya ada pada istilah Taklimul Muta’allim dalam pendidikan, kemuadian yang ke Tiga,  Taech How To Learn, Belajar Bagaimana Belajar, jadi seorang Guru harus bisa mengajarkan bagaiman seorang murid itu belajar dan juga disinilah terletaknya istilah Teaaching How To Teach,  Mengajar Bagaimana Mengajar,

dari ke empat komponen inilah harus bisa kita pisahkan untuk menjadi seorang guru profesional, kita sebagai seorang guru tidak boleh menyatukan antara digit-digit diatas agar supaya lebih bisa tampil secara profesional dan tidak mencampur adukan antara satu kriteria denga kriteria laianya, seorang guru profesional harus bisa tampil menajdi Tiga figur dalam waktu bersamaan, pertama ia harus mampu menjadi sebagai seorang Pengajar, maka ia akan melahirkan murid yang ilmuan, seseorang yang ilmuan itu ia pintar tapi tidak harus mengamalkan ilmu yang ia dapatkan , yang Kedua seorang guru harus menjadai seorang Pendidik, maka ia akan melahirkan murid-murid yang intelegtual, seseorang yang intelegtual maka ia berilmu dan akan mengamalkan ilmunya, ke Tiga seorang Guru harus benar-benar menjadi Guru, maka ia akan melahirkan murid-muridnya menjadi cedekiawan, maka seorang cendekiawan tidak hanya berilmu, mengamalkan ilmunya, tetapi ia juga bisa bermanfaat dan dirasakan oleh orang lain, itu artinya seorang Guru Profesional tidak hanya mengajar dengan Rasio, tapi juga dengan Rasa, kerana mengajar dengan Rasio maka ia akan  menjadi seorang Pengajar, dan jika ia mengajar dengan Rasa maka ia akan menjadi seorang Pendidik.

Jangan heran ketika kita meneumui dilapangan seorang guru yang ketika dikelas ia berpakaian rapi, berjilbab atau berpeci, menutup aurat dan bepenampilan smart, akan tetapi ketika diluar kelas atau diluar sekolah, ia berubah penampilan, menjadi lebih arogan, berpakaian ketat, pergaulan bebas bicaranya tidak lagi berwibawa, maka seorang Guru yang seperti ini hanya menepati posisi sebagai seorang Pengajar, dan ia tidak akan mampu menularkan dan menelurkan nilai-nilai kebaikan kepada muridnya-muridnya, sehingga ilmu yang disampaikan sangat minim dari pengamalan dan kebrhasilan dalam mencapai tujuan bagi murid-muridnya, Guru profesional ibarat obor yang menerangi kegelapan , menerangi jalan-jalan dan menjadi lentera hari bagi murid-muridnya sehingga selalu menuntun untuk menemui cahaya kehidupan, Minazzulumati ilannur.

Kalimat demi kalimat dari beliau ini saya cermati dan benar-benar memberikan sentruman Iman yang luar biasa bagi pribadi diri saya, menggungah jiwa yang selama ini tidur dengan  kelalaian hakikat sebagai seorang Guru, tidak boleh hanya sebatas menjadi pekerja dan mendapatkan Gaji lalu dinikmati bersama keluarga, tapi kita harus bisa bagaimana menjadi Guru yang hadir dengan panggilan jiwa, sehingga inovasi-inovasi akan lahir disetiap kelas, membawa murid-muridnya kearah peradaban masa depan yang cemerlang bukan malah sebaliknya menjadi murid-murid pecundang, mengarahkan murid-murid nya menajadi generasi masa depan perintis bukan setakat pewaris, mencetak generasi yang ulul albab (ilmuan, intelegtua dan cendekiawan).

Sahabat-sahabat Guru di penjuru tanah air, semoga kita semua mendapatkan kesejateraan jiwa bukan hanya dengan fasilitas materi rupiah saja, tapi sejahtera dengan rasa dan rasio, amal jariah yang tidak pernah putus dan hilang karena ruang dan waktu, jika selama ini kita mengajar hanya sebatas datang ke sekolah/madrasah, masuk kantor, menuju kelas dan kembali duduk di kantor, pulang kerumah dan begitu seterusnya, maka yakin lah kita tidak akan menemukan keprofesionalan yang hari ini dan 45 hari kedepan kita ikuti, ayo kita menjadi figur sosok seorang Guru yang fenomenal dan millienial, tegas tidak keras, lentur tapi tidak lemah, selamat mengikturi PPG dalam Jabatan bagi Sahabat-sahabat Guru diseluruh penjuru Negeri.
Share:

Kang Hasan Sang Penjaga Lisan

motivasi dan informasi

Dalam sunyi sebuah pagi, ada seorang lelaki sederhana yang dikenal penduduk kampung bukan karena hartanya, bukan pula karena kedudukannya, melainkan karena kelembutan lisannya. Ia bernama Kang Hasan, seorang pedagang kecil di pasar yang tutur katanya menyejukkan hati, bahkan saat berhadapan dengan orang yang membentaknya. Tak pernah sekali pun terdengar darinya kalimat yang menyakiti, apalagi fitnah atau ghibah. Di tengah hiruk pikuk dunia yang penuh suara, Kang Hasan memilih diam bila tak ada manfaat yang bisa ia ucapkan, Orang-orang sering berkata, “Kang Hasan itu seperti air di padang gersang, lisannya menyejukkan.” Padahal, ia hanyalah seseorang yang memahami dengan sungguh sabda Nabi , “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bagi Kang Hasan, menjaga lisan bukan sekadar perkara adab, tapi jalan menuju keselamatan. Ia percaya bahwa satu kata bisa menumbuhkan cinta, tapi satu celaan juga bisa menghancurkan Persaudaraan. Maka ia menjaga lidahnya seperti menjaga harta paling berharga sebab ia tahu, luka akibat kata-kata lebih lama sembuhnya dari luka sebatan pedang, Tak sedikit yang mencibir sikap diamnya. Tapi Kang Hasan membalas dengan senyum. Ia tahu, diamnya orang beriman seringkali lebih lantang dari teriakan orang yang lalai. Dan dari lisannya yang bersih, mengalir doa-doa yang tulus, mengangkat derajatnya di hadapan manusia dan Rabb-nya.

Pagi itu juga, saat saya sedang mengendarai sepeda motor, bertemu dengan Kang Hasan, yang masih sibuk melayani pelanggan dipasar, terlihat sikap santun dan ramah kepada setiap pembeli membuat orang-orang melewati jalanan pasar itu mampir dan duduk dilapak  kang hasan, ada juga yang tidak membeli apa-apa Cuma sekedar duduk, dan ngobrol kepada kang hasan, yang hanya senyum dan sedikit sekali komentar untuk membalas kata-kata atau kalimat dari orang yang mengajak nya berbicara, sangat sedikit kita menjumpai orang seperti kang hasan di dunia ini , sedikit berbicara banyak senyum nya

Demikianlah, Kang Hasan menjadi pelita. Bukan karena banyak bicara, tapi karena ia menjaga satu hal yang paling ringan diucap, tapi paling berat hisabnya, lisan ini memang tidak bertulang, namun saat salah dan tidak tepat dalam menempatkan posisi nya maka rasa tusukanya ini sakitnya bisa tujuh keturuan tidak hilang, kita kadang tidak menyadari dalam canda dan gurauan terhadap teman-teman di kantor, atau ditempat kita masing-masing, ada celetukan kata menjadi kalimat yang menyakiti hati lawan bicara kita, menyayat perasaanya sehingga menoreh rasa sedih dan gulana dalam jiwa nya, terkadang juga pada pasangan kita tidak sedikit orang mengalami keretakan dalam rumah tangga bahkan perpisahan dan perceraian akibat kata-kata yang tidak tepat pada posisinya.

Sering terjadi dilingkungan kehidupan kita perkra lisan memang sulit dikendalikan, contoh kecil saat ketika kita mendapat kan surat undangan resepsi pernikahan atau hajatan lalinya dari kerabat atau tetangga kita dikampung, lebih banyak mana ucapan terimakasih atau komentar lebih terhadapa kertas undangan yang diberikan kepada kita, “mmmm alah..undangan seperti ini berapalah harganya...” walau hanya setakat ucapan demikian itu tapi sudah cukup syarat untuk menoreh luka dan dosa pada diri kita, bagaiman....apakah kita pernah melakukan hal demikia...

Tak hanya itu, ke esokan harinya pas tepatnya kita berangkat ke tempat resepsi hajatan itu, juga tak sedikit diantara kita yang lebih banyak komentarnya daripada rasa syukurnya, barangkali ketika kita sampai, yang pertama kali dituju adalah tempat juadah hidangan disiapkan, ini juga bisa menjadi sasaran ladang dosa bagi kita, tidak jarang diantara kita yang mengomentari, mulai dari piring yang basah karena tidak dilap kering oleh panitia hajatan, bergeser kepada nasi yang dikomentari “..nasi nya kuning, keras dan kurang mateng dan lain-lain”...hh...belum lagi ketika mengambil sambel dendeng yang tipis seperti daun, ....bahkan ketika duduk mau makan saja sempat kita melontarkan komentar kepada kedua mempelai yang sedang duduk bersanding dengan indah cantik dan tampan, .....mmm kenapa lah pengantin nya jadi tidak bagus, dengan dandanan seperti itu, padahal kalau tidak didandani pengantinya cantik, ni andam dari mana laaa...yang dipakai....samapai segitu terkadang kita berkomentar, belum lagi permasalahan berkat yang hanya isinya tumisan Mi atau hanya telur rebus saja...hhhhh... jika dihitung-hitung bisa hangus tiket kita menuju syurga hanya karena dengan kalimat  yang keluar dari lisan kita.

Menjaga lisan adalah bagian dari tiket untuk menuju syurga, dalam potongan hadis saya pernah membaca diantara golongan orang yang dirindui syurga adalah mereka orang yang menjaga lisan Hafidzil lIsan...bahkan dalam Al-Qur’an juga disebutkan salah satu penyebab terjerumusnya manusia masuk kedalam Neraka karena waktu didunia tidak menjaga lisan dan senagn berbicara yang tidak ada manfaatnya Wakunna Nakhudu Ma’al Khoidin...

Terimaksaih kang Hasan yang telah memberikan ilmu dan pelajaran berharga lewat sikaf dan prilaku, semoga kang Hasan tetap sehat, berkah dalam usaha dan bahagia bersama keluarga....

                                                                                                                   #SudutkotaSelatpanjang





Share:

Hakikat Kehambaan dan Rahmat Allah

Dalam pandangan Islam, seorang hamba adalah makhluk ciptaan Allah yang diciptakan bukan hanya sekedar hidup menikmati yang ia dapat hari ini,dan berusaha untuk hari yang akan datang tetapi untuk mengabdi, tunduk, dan taat sepenuhnya kepada Rabb-nya. Allah berfirman:

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
(QS. Adz-Dzariyat: 56)

Dari ayat ini, kita memahami bahwa hakikat seorang hamba adalah makhluk yang hidup untuk ibadah. Bukan sekadar ibadah dalam bentuk salat, puasa, atau zikir, tetapi ibadah dalam arti yang luas  (setiap aktivitas yang diniatkan karena Allah dan sesuai dengan syariat-Nya). Seorang hamba sejati adalah dia yang sadar bahwa dirinya tidak memiliki apa-apa. Kekuatannya terbatas, ilmunya sedikit, hartanya titipan, bahkan hidup dan matinya pun bukan dalam genggamannya. Maka ia bersandar dan bergantung penuh kepada Allah, SWT.  berdoa dengan rendah hati, dan berserah diri dalam setiap takdir yang ditetapkan untuknya. Ia tidak sombong ketika diberi, dan tidak putus asa ketika diuji. Karena ia tahu, semua datang dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Dalam sujudnya, ia merasa dekat. Dalam musibah, ia tetap bersyukur. Dalam kesenangan, ia tidak lupa diri.

Malam ini saya dan kang Arif sedang ngaji (Ngatur Jiwa) duduk bareng bersama  Kyai. M.Dalhar, saya mendengarkan bacaarn kitab Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, Kitab ini dianggap sebagai sintesis ilmu syariat dan tasawuf, dan merupakan upaya Imam Al-Ghazali untuk menghidupkan kembali ruh keislaman yang sejatinya mencakup dimensi lahir dan batin, ilmu dan amal, fiqh dan akhlak, kitab ini lumayan tebal pada juz 1 kami mengaji nya sudah berjalan 2 tahun belum juga selesai, satu hal yang menarik dalam pembahasan malam ini, yaitu  tentang keberadaan Doa seorang Hamba, yang dikorelasikan dengan takdir allah, jika takdir seorang hamba itu sudah ada sejak zaman Azali, lantas apa gunanya berdoa buat kita.

Doa bukan hanya sekedar meminta, tapi doa adalah bentuk tertinggi dari penghambaan seorang hamba kepada Rabb-nya. Ia bukan sekadar lisan yang bergetar, tetapi jiwa yang tunduk dan hati yang berserah diri. Dalam Islam, doa merupakan ibadah yang sangat mulia. Rasulullah bersabda, “Doa adalah inti dari ibadah” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa seorang hamba yang berdoa, sejatinya sedang mengakui kebesaran Allah dan kelemahan dirinya.

Bukan kah allah pun memberikan motivasi kepada hambanya dengan doa “ berdoalah (mintalah) kamu kepada ku, niscaya aku akan mengabulkan. Ayat ini menjadi janji dan jaminan dari Allah bahwa setiap doa yang dipanjatkan dengan penuh keimanan dan ketulusan akan mendapatkan jawaban, meski terkadang bukan dalam bentuk yang kita harapkan, melainkan dalam bentuk yang lebih baik sesuai dengan yang kita butuhkan, memang takdir kehidupan manusia sudah ditentukan sejak dizaman azhali, maka disitulah keberadaan Doa untuk menginstal ulang setiap kepastian yang terjadi dalam hidup kita, kekuatan doa mampu menahan dan bahkan menghilangkan balak, musibah dan bencana, jadi keberadaan Doa sangatlah penting dalam menata srtategi hidup kita untuk mencapai tujuan. Antara Doa, Iman dan Takdir ini memiliki keterkaitan yang signifikan.

Saat ketika takdir sudah ditentukan, maka keberadaan iman untuk menentralisirkan dari setiap kejadian yang ada, disitulah doa sebangai pendingin kala jiwa sedang meronta, saya contohkan salah satu takdir mansuia semisal adalah mendapatkan musibah dengan kecelakan yang mengakibatkan ia harus kehilangan sebelah tanganya, tapi dengan keberadaan doa maka mampu merubah takdir yang tadi nya sudah ditentukan, namun kepastian belum terjadi, disinilah keberadaan doa sebagai pembenteng diri untuk terhindar dari musibah dan mara bahaya, pran iman juga sangan mendominasikan dan memposisikan diri antara Qhada dan Qadar.

Ketika seorang hamba mengangkat kedua tangannya dalam doa, ia sedang menautkan harapannya kepada Zat yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui, dan Maha Mengabulkan. Dalam doa terdapat ketenangan jiwa, penghapus duka, dan penenang dalam kesempitan hidup. Bahkan, dalam musibah sekalipun, doa adalah penguat iman.

Namun, doa tidak selalu tentang permintaan duniawi. Doa juga adalah sarana untuk mendekat kepada Allah, mencurahkan isi hati, dan meneguhkan tawakal. Karenanya, jangan pernah putus asa dalam berdoa. Sebab selama langit masih terbentang dan hati masih beriman, maka doa akan selalu menjadi jembatan menuju rahmat Allah yang tiada batas,
Share:

Cahaya Di Ujung Semester

motivasi dan informasi

Langit malam itu terlihat cerah sekali, karena dihiasi dengan indahnya Cahaya rembulan, kang Cipto dan cak Nur pergi untuk menikmati dinginya suasana malam, sambil menyeruput segelas kopi secara bergantian, suara amukan mesin motor dan hiruk-pikuk kendaraan silih berganti, dan aroma kopi dari warung-warung pinggir jalan membuat tenang rasa kegelisahan yang sedari siang sedang melanda, aroma gurih nya bawang goreng dari warung sate pak Kumis semakin menambah rasa lapar perut kang Cipto yang sedari siang belum ketemu nasi, telphon gengam nya pun bergetar, terlihat disana nama kang rudi memanggil, menyakan perihal persiapan untuk besok pagi tepatnya jam 8,30 kang Cipto dan kang rudi akan melakukan sidang seminar tugas akhir kuliah. 
Kang Cipto datang dari desa terpencil di pinggiran Kepulan yang terletak diberbatasan perairan selat melaka, belajar terus walau terkadang harus berhadapan dengan aturan-aturan yang mengikat dan tersusun rapi seakan mempersempit ruang dan waktu untuk terus maju sampai pada titik ini, tapi berkat ke uletan dan kerja keras kang Cipto akhirnya sampai pada posisi Dimana semua mahasiswa mendambakanya, kang Cipto ingat betul dulu Ketika masih Bersama teman-teman satu Angkatan beliau mengambil mata kuliah metode penelitan Bersama Dr. Khusnadi, sampai sekarang kang Cipto ingat betul beliau menyampaikan kalimat yang dikhususkan untuk nya“ waktu lama terasa sebentar” kala itu kang Cipto kuliah sambil mancing di Sungai pada malam hari. 
Empat tahun sudah waktu berlalu, waktu yang tidak lazim diselesaikan oleh seorang mahasiswa Pascasarjana, tapi Kang Cipto tetap optimis walau terkadang ada titik jemu untuk sampai pada tahapan akhir ini, Ada masa ketika Rasa hampir menyerah. Saat itu kondisi ekonomi sedang tidak setabil, dan waktu seakan tidak terbagi habis diserap oleh kesibukan sebagai ASN. Namun dorongan dari isrti yang tidak pernah menyerah berdoa siang dan malam, serta teman-teman yang membuat Kang Cipto untuk terus tetap bertahan. Kang Cipto dan kang Rudi tidak saling kenal sebelum nya, namun demikian bukanlah menjadi penghalang untuk mereka berdua saling menguatkan untuk Bersama menggapai mimpi dan meraih cita.
Malam semakin larut, kang cipto masih terlihat Santai sambil menyeruput kopi yang tinggal beberapa tegugk disudu gelas, Sambil bercerita dengan Cak Nur tentang pengalaman hidup masing-masing, cak Nur lulusan sarjana Hukum, dan punya pengalaman di gelanggang legislatif, kekalahan dalam laga politik bukan lah hal yang memalukan melainkan sikaf gentlemen yang harus dimiliki oleh seorang Cak Nur, kini Cak Nur tidak pernah berputus asa tetap mencari pengalaman hidup dengan terus berkelana, sinar rembulan yang tadi nya cerah kini sedikit redup tertutup awan putih sepertinya akan menurun kan hujan, ternyata benar tak lama kemudian hujanpun turun dan kang Cipto Bersama Caknur yang sedang Duduk di Balkon Rumah Toleransi dilantai dua itu, segera mencari tempat persembunyian dari serangan air hujan. 
Tanpa terasa waktu pun sudah menunjukan pukul 23,47 Wib, ini sudah cukup larut bagi kang Cipto untuk bersitirahat merebahkan badan setelah seharian menyusuri jalanan terjal dan berbukit, Cak Nur pun Pamitan untuk pulang ke kos-kosan yang tidak jauh dari Markas besar Pemuda Ansor itu, kang Cipto yang seharus nya lelap dalam tidurnya, kini Cuma membolak-balikan lembaran tesis yang besok pagi akan di ujikan oleh para akadmisi, namun setiap lembar yang dibolak-balikan tetep sama saja seakan tidak ada yang nyangkut sama sekali difikiran kang Cipto. 
Dipenghujung malam kang cipto bangun lebih awal dari biasaya, kara ia sadar tidak akan mampu berbuat apa-apa kecuali ada campurtangan yang maha kuasa untuk membolak-balikan hati dan merubah suasana, seperti biasa kang cipto setiap dipenghujung malam selalu menyempatkan waktu untuk bermunajad memohon yang terbaik untuk setiap langkahnya dalam meniti kehidupan, azan subuh pun berkumandang selang beberapa menit setelah kang Cipto bermunajah, kang Cipto pun menunaikan kewajiban selaku seorang muslim, tidak lupa juga kang cipto menyempatkan waktu untuk membaca kalimat-kalimat suci dari kitab pedoman dan petunjuk untuk seluruh manusia setelah sholat subuh, lembaran-demi lembaran Kembali dibuka dengan harapan ada tambahan pengetahuan yang diharapkan dari setipa lebaran Tesis nya, namun hasilnya tetap sama seperti tadi malam. 
Jam sudah menunjukan pukul 07, 06 Wib. Kang cipto pun bergegas untuk Bersiap-siap berangkat kekapus, sengaja kang Cipto hadir lebih awal, setiba nya dikampus masih ada penjaga gerbang yang menyapa dengan ramah dan lembut serta penuh perhatian, Cahaya persaudaraanya timbul lewat senyum yang diberikan kepada setiap mahasiswa dan dosen yang hadir disana, termasuk kang cipto, kang Rudi yang hadir beberpa menit setelah kang cipto, kinipun mereka bertemu, sambil bercerita tentang persiapan apa yang telah di siapkan Langkah kaki mereka pun membawa nya sampai ke ruangan sidang nanti nya dilaksanakan.
Satu persatu para penguji pun hadir keruangan, disusul pimpinan sidang dan sekretaris, gilirian kang Rudi menempati posisi pertamakali dipanggil, kesederhanaan nya dalam Menyusun kata dan menata tulisan membuat sedikit terusik para penguji untuk mengukur sejauh mana penguasaan kang Rudi kepada apa yang ditulisnya, setiap pertanyaan dijawabnya denan perlahan dan hati-hati penuh dengan keyakinan walau terkadang terbantahkan argument denan para penguji, tetap saja kang Rudi dengan tenang dan wajah penuh kepastian itu selalu menutupi setiap kekurangn yang ada, prose berjalan selama lebih kurang 1 setengah jam, ya waktu yang cukup lah untuk menguras fikiran dan mental.
Giliran ke dua kang selamet, Langkah nya menuju meja Tunggal itu seakan telah tertulis penyiksaan dari sang penguji akan datang silih berganti, kewaspadaan dan kehati-hatian dalam menpersentasikan hasil karya nya membuat dia tetap kuat untuk melangkah, tapi apakan daya waktu sudah tidak cukup lagi untuk menghimpun argument dan jawaban dari setiap rencana yang akan ditanyakan para penguji ini, akhirnya kang selamet pun pasrah menerahkan semua kepaa yang maha kuasa, semua ujian berlalu seperti arus yang ber hulu dan hilir mengikuti jejak alur Sungai, kang selamet pun bisa tersenyum lebar seteah detik-detik menegangkan itu berlalu. 
Tiba waktunya kang Cipto yang tidak punya persiapan matang seperti kang rudi dan kang selamet, menempati meja Tunggal itu untuk mempertanggung jawabkan dan diuji karya tulisnya, tapi logat jawanya dalam menyampaikan persentasinya dan tidak monoton terhadap slide yang ditayangkan, akhirnya memecah suasana beku, yang tadinya hening Bagai hidup ditengah Gempitanya malam kini menjadi suasana yang humoris dan penuh Kekeluargaan dan tawa, atau mungkin juga karena waktu sudah siang dan perut para penguji sudah mulai keroncongan, karena tidak ada snack untuk di nikmati, kang cipto yakin dibalik candaan para penguji itu sebenarnya tersemat nasihat yang berharga, setiap kalimat nya dicermati dan sesekali kang Cipto menganggukan kepala sebagai bentuk takzim dan mengakui kesalahaynya.
Terrnryata setelah semua ujian itu dilalui, ada sinar mulai bermunculan diwajah kang cipto dan dua orang sahabatnya tu, Hari itu, Kang Cipto telah membuktikan bahwa perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil. Bahwa mimpi, sekeras apapun jalan menuju ke sana, selalu layak diperjuangkan, kini cerita telah terabadikan kang Cipto adalah satu-satunya putra dari seorang buruh tani yang mamapu menyelesaikan S2 nya, sebagai wujud mimipi dan angan dari kedua orang tuanya. Selamat kepada kang cipto atas gelar yang diraih semoga bisa bermanfaat dan berkah untuk kehidupan.
Kepada sahabata ku pembaca dimanapun berada, yakinlah tidak ada kesalahan mutlak yang ada pada diri kita dan tidak ada kebenaran hakiki pula dalam kehidupan kita yang ada adalah sebuah jawaban yang fleksibel agar kita terus belajara dari setiap kesalahan yang ada pada diri kita, sebagai seorang pelajar jadikanlah setiap nasihaat dan tutuan gurumu menjadi motivasi dan untuk memperbaiki kesahalahan.
Share:

BERTAMU di RUMAH SAHABAT TIONG HOWA

motivasi dan informasi
Perbedaan Agama, Suku dan bangsa bukanlah Penghalang, Melainkan Kesempatan Untuk Belajar dan Menghargai Keberagaman. 
Tepat pada malam kedua Ramadhan, rasa syahdu suara bilal sholat tarawih saling bersuatan di setiap masjid dan musholla di Daerah ku, sekali- kali ada letupan bunyi mercon yang di letupkan oleh beberapa anak yang sedang mengisi kegembiraan dibulan Ramadhan tahun ini. Suara mercon yang sepintas mengagetkan para jamaah sholat tarawih terutama kalangan ibuk-ibuk yang sudah berusia 50 tahun ke atas, tapi atas rasa kegembiraan anak-anak tidak menghiraukan " Ra di Gubris" Kemarahan ibuk-ibuk tersebut. Karena itu adalah bagian dari cara untuk mengisi kegembiraan anak-anak di bulan suci Ramadhan, selain mercon  potongan bambu berdiameter sekitar 2 Meter juga mereka modifikasi menjadi perangkat untuk mengisi ruang waktu kosong bulan Ramadhan, kalau dikampung ku menyebutnya Jedoran "Meriam Bambu".

Sepulang dari Masjid, saya melihat Layar Datar yang mengeluarkan cahaya itu tiba-tiba bergetar dan ada pesan yang tersemat disana dari Staf Prodi Di salah satu perguruan Tinggi Negeri Di Bumi Melayu, untuk segera saya menghadap dan kembali menyusuri deras nya arus sungai Siak Menggunakan perahu kayu selama semalaman penuh, yang sudah beberapa Tahun lalu saya tidak menaikinya, kali ini anak-anak ikut besama didampingi ibunya yang masih cantik dan tetep awet Muda katanya masih setara anak SMA, Hmmmm.. 
Setelah sampai diNegeri bumi melayu itu, sembari menunggu jemputan dari abang Maxim,  istripun mengajak saya untuk mampir dirumah sahabat nya yang dulu tinggal bertetangga waktu di kampung, ya.. Tidak hanya setakat sahabat tapi sudah seperti keluarga sendiri, sejak kecil tinggal dikampung yang sama, sekolah bersma, bermain masak-masakan bersma, sampai panjatan pokok rambutan, tidak menghiraukan kalau baju mereka sampai clepotan karena kena getah rambutan,  tidak lupa kalau pulang dari panjatan pokok Rambutan sang istri membawa beberapa biji rambutan yang masih lengkap dengan tangakainya..#hmmm.

Kini mereka sudah berpisah karena sudah memiliki cerita dan kehidupan masing-masing, sebut saja namanya Athing, nama panggilan akrab nya sebagai seorang sahabat, saya memang tidak pernah mengenal keluarga Athing, tapi pertama kali berjumpa melihat senyum dan sapaan nya terhadap tamu yang baru datang dari jauh sudah tergambar bahwa Athing Adalah keluarga yang baik, pribadi yang bersahaja, ketulusan jiwa nya terpancar di Raut wajah yang tidak pernah surut dari senyuman, memang kami  memiliki perbedaan yang signifikan, beliau berkulit Putih, Pipi Tembem agak kemerah-merahan dan mata Sipit, sementara saya dan istri berketurunan kulit sawo matang, tapi bagi saya perbedaan seperti itu tidak lah menjadi hijab " Penghalang" Untuk saling menjalin dan merajut kasih sayang sebagai sesama Ciptaan Tuhan (Allah, SWT), bukankah kita ini diciptakan dari suku, bangsa yang berbeda, atas dasar perbedaan itulah mendorong untuk setiap insan saling kenal mengenal, hal ini persis sebagaimana disebutkan didalam Al Qur'an Surah Al Hujarat ayat 13. "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal".

Kami pun saling bercerita di ruang Tamu tentang kehidupan masing-masing, Anak-anak pun sudah saling akrab walau dalam waktu yang singkat, ini terlihat jelas saat Axel menawari mainan ke Mutia, tidak ada secangkir Kopi dan Kue Bolu di meja, karena beliau Tahu bahwa kami sedang berpuasa, suasana benar-benar penuh dengan keakraban dan bersahaja sudah seperti Keluarga yang sudah lama tidak bertemu, Abhia, Ayah nya Athing, begitulah Nama yang dikenalkan Istri kepada saya, figur seorang ayah yang mendidik anak-anak nya penuh rasa tanggung jawab dan kasih sayang, mengajarkan arti sebuah kehidupan, saya tidak tahu persis kepercayaan yang di anut keluarga Athing, tapi saya bisa melihat dari pancaran cahaya keluarga Athing adalah keluarga yang taat pada keyakinan dan kepercayaan Agamanya, saya ingat betul sahabat saya dari Tiong Howa ini, ketika menyampaikan pesan-pesan religius nya mirip sekali dengan kepercayaan Kong Hu Chu. 

Ajaran yang berfokus pada moralitas, etika, dan perilaku manusia, dalam keyakinan nya ada istilah Ren, (Kasih Sayang) Yi ( Keadilan) Li (Etika) Zhi (Kebijaksanaan) dan Xin (Perilaku jujur untuk setiap kehidupan) . 
Beliau juga menyampaikan ajaran dalam keyakinanya, kita sebagai orang yang lebih muda harus hormat pada orang tua, leluhur, dan sesama manusia.

Disitulah saya berfikir bahwa benar, semua agama yang dianut oleh setiap manusia itu memiliki visi dan misi yang sama yaitu menebarkan kebaikan dan mencapai kebahagian hidup didunia dan hidup setelah nya,  hanya setiap agama memiliki cara dan sistem yang berbeda untuk mendekatkan diri dan menemukan kebahagian itu. Yang penting hidup saling pengertian dan hormat menghormati diatas perbedaan, tidak mencari dan merasa diri kita yang paling benar, tapi menyatukan perbedaan untuk kemaslahatan dan kedamaian. 

Tanpa terasa waktupun terus berputar sudah hampir satu setengah jam kami bersua, saya pun harus segera berpamitan, meskipun sempat ditawari untuk menginap beberapa hari disini  tapi kami tidak bisa lama bertamu di rumah sahabat Tiong Howa yang baik hati ini,  setidak nya cukuplah untuk mengikis Rasa Rindu seorang sahabat kecil yang dulu pernah dirajut (antara Istri dan Athing), terimakasih sambutan hangat dan wejangan dari Kong Abhia, (Ayah nya Athing), semoga keluarga Athing selalu mendapatkan kebahagiaan, kemudahan, Sehat selalu dengan rezki yang banyak, Mudah-mudahan bisa bertemu kembali di lain waktu. . . See you/ Zai Jian. **
Share:

BISA SANG MAWAR BERDURI

motivasi dan informasi

Banyak orang yang mendambakan hidup bahagia bersama pasangan, ternyata tidak hanya banyak tapi setiap jiwa, ya...setiap jiawa pasti mengingikan hidup bahagia dan itulah yang didambakan, membina rumah tangga yang lenggeng dunia akhirat adalah dambaan setiap pasangan, namun tak semua pasangan bisa mendapatkan apa yang di inginkan, hal ini telah terbukti betapa banyak kita telah saksikan mereka yang membangun rumah tangga, namun tidak mampu bertahan lama, berlayar ketengah samudra kehidupan tak sedikit juga yang karam dan tenggelam ditengah lautan kecurangan dan kekecewaan.
Pernah saya membaca suatu kisah di media sosial, kebetulan lewat di beranda halaman ku, disana mengisahkan kehidupan seorang istri yang sholeha hidup bersama pasangan “suami” yang sholeh pula. Rumah tangga mereka berlangsung bahagia, sang suami selalu memberikan kejutan manis setiap kali pulang dari tempat kerja sebagai seorang pengajar di salah satu pesantren di kota Panjang, hari-hari mereka jalani dengan bahagia, sang suami pun tidak tega melihat sang istri yang hanya tinggal dirumah, mulai dari pagi, siang, sore, malam kembali ke pagi lagi.

Sore itu tepatnya pukul 17,15 Wib sang suami pulang dengan kebiasaan nya membawakan kejutan manis untuk sang isteri, setiba nya dirumah kecupan bibir pun mendarat di kening sang istri, sang istri pun tersenyum bahagia karena telah diperlakukan seperti permaisuri dalam ruamah tunggal itu, sang suami pun duduk di kursi mebel yang ada diruang tamu, sambil meneguh air putih yang sudah disiapkan sang isti dipojok meja, helaan nafas sang suami seraya mengucapkan kalimat Tahmid “al hamdulillah” semakin menghangatkan suasan sore itu aplagi ditambah kemanjaan sang isteri yang duduk disamping suami dan menyandarkan kepala dipundak suami.

Tiba-tiba sang suami mengeluarkan bungkusan hitam dari dalam tas mungilnya yang masih menggantung di leher mering sebelah kiri itu, “...Apa..ini Bi....” sambut sang istri dengan nada manja, ternyata sang suami membelikan sebuah handfhone kepada sang istri, betapa bahagia dan riang nya hari seorang isrti yang diberikan hadiah istimewa dari suami nya itu. Sang suami tidak tega meniggalkan istrinya yang setiap hari kesepian dirumah kerena mereka juga belum mendapatkan momongan, maklum sang istri yang dulunya tinggal di kampung jauh dari teknologi dan kini harus bisa beradaptasi dengan suami yang tinggal dikota, maklum sang istri awalnya masih Gaptek, masih kaku dalam mengoprasikan android, bingung setiap sisi nya layar semua tidak ada tombol untuk dipencet-pencet, namun lama kelamaan sang istri pun sudah mahir dan lancar dalam menggunakan andoroid itu, karena setiap hari diajari dengan suaminya, bahkan setiap akun sosial media pun sudah hampir dijelajahinya, mulai dari facebook, instragram, twiter dan weChat juga tidak mua kalau sang istri pun sudah punya akun Tiktok.

Setiap hari sang istri setelah melakukan pekerjaan rumah tangga, si istripun tidak lupa untuk menyempatkan waktu ber-Android ria, menjelajahi dunia lewat layar 6 x 4 Inci itu, sampai akhirnya Ia pun Akrab dengan facebook, Ia pun menjadi Facebooker (istilah anak muda sekarang), lewat fitur-fitur yang ada sang istripun menjalin perkenalan dengan teman-teman nya yang baru di dunia maya itu,  waktu terus berjalan sang istripun berekenalan dengan seorang pemuda yang sudah mapan dan baik hati menurutnya, setiap hari ia pun chating-chatingan dan tak jarang juga mereka saling WabCam, sehingga tampaklah wajah keduanya tanpa hijab iman lagi dianteranya.

Lama-kelamaan merekapun saling tertarik, lalu timbul rasa untuk saling memiliki, berawal dari sebuah kata “Apa Kabar”...berlarut menjadi curahan hati sang istri pun tak terbendung lagi kepada sang pemuda tersebut, rasa suka dan penarasan itu pun terus menggebu sehingga timbul rasa rindu jika sehari saja tak ada kabar dari salah satuya, nafsu dan bisikan syetan pun tak mampu lagi mereka menangkisnya, kekuatan iman sang istri pun tak mampu menahan godaan untuk keduanya, padahal ia tahu bahwa ia sudah memiliki suami yang tulus dan ikhlas mencintai dan menyayangi, lama-kelamaan sikaf sang istripun berubah kepada sang suami, rasa curiga pun sekarang mulai mengundang dari benak sang suami, berulang kali sang suami menasehati istrinya itu, namun kalut dalam cinta sesaat itu telah membutakan hati nurani sang istri sehingga tak ada lagi tempat untuk dia membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, melihat tingkah sang isrti semakin hari semakin jauh dari keakraban seperti dulu dan rasa curiga yan semakin tinggi terhadap istrinya itu, sang suami pun menghentikan semua fasilitas yang diberikan kepada istrinya..

Karena cinta buta si istri kepada sang pemuda itu, tetap saja ada helah dan celah untuk sang istri mengelabuhi sang suami, agar supaya bisa berhubungan terus dengan sang pemuda, ia pun menceritakan semua yang terjadi dalam rumah tangga,pemuda itupun menyarankan agar sang istri minta diceraikan kepada suaminya, dan pemuada itupun berjanji akan menikahinya, akhirnya sang istripun minta cerai dan pisahlah meraka berdua, setelah mereka berdua berpisah si pemuda itupun sering menemui dan datang kerumah orang tua sang istri untuk bertemu, mengajaknya jalan keluar rumah, makan berdua hingga suatu hari sang pemuda itupun mengajak nya untuk berkencan dan menginap disebuah hotel, karena sang istri tadi merasa yakin akan dinikahi oleh sang pemuda itu, ia pun rela dan pasrah atas apa yang dikehendaki sang pemuda itu.

Namun apa yang terjadi, setelah sekian lama sang istri ini berpisah dengan sang suami, si pemuda itu pun tak kunjung menikahinya, sang istripun sudah mulai gelisah, dan menanyakan perihal pernikahan tersebut kepada sang pemuda, yang paling mengejutkan dan bak disambar petir sang istipun tidak mampu berkata apa-apa lagi setelah mendengar perkataan pemuda tersebut, “ wahai....wanita yang hina apakah enkau mengira aku akan menikahimu,  tidak akan pernah..! aku tidak akan pernah menikah dengan wanita hina dan murahan seperti mu, engkau tidak lagi berharga, engkau adalah wanita hina dan murahan dan engkau tidak layak menikah dengan ku, engkau telah pun berkhianat dengan suaminya laki-laki yang sholeh dan baik, jika engkau sudah pernah berkhianat maka kelak enkau pasti akan berkhiant setelah menikah dengan ku, jika engkau bertemu dengan pemuda yang lebih tampan dari ku....sontak kalimat itu membuat sang istri itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi, betapa luka hatinya setelah mendengar ucapan itu, ia telah ditipu dan diperdaya oleh nafsu, dan kini hanya tinggal puing-puing penyesalan selama hidupnya.

Sahabt ku yang budiman dari kisah diatas kita bisa mengambil sebuah pelajaran penting untuk menjaga hati, senantiasa menghiasi diri dengan iman, ingatlah untuk selalu menguatkan akar mu, terjangan dan godaan silih berganti seakan tak ada jeda walau saat ini enkau berada didalam rumah sekalipun, ingatlalh dalam menjalani kehidupan berumah tangga tak selama nya mulus, terkadang ada rasa curiga, bosan, dan marah selalu datang dalam kehidupan rumah tangga mu, maka disitulah saling pengertian dan mengalah sangat dibutuhkan, agar enkau tetap terjaga dari sakinah dalam rumah tanggamu.

Jika engkau menjadi Istri maka jadilah istri yang sholeha, betapa bahagaia dan istimewanya seoarang laki-laki ketika mendapati pasangan hidup “Istri” yang sholeh, tapi perlu  diperlu di ingat bahwa istri yang sholeha itu bahan bakunya dari suami yang sholeh, Seorang istri sholehah adalah permata berharga dalam kehidupan suaminya, tiang kokoh dalam rumah tangganya, dan madrasah pertama bagi anak-anaknya. Ia bukan sekadar pendamping hidup, tetapi juga seorang yang selalu mengiringi langkah suami dengan doa dan ketulusan. Rasulullah SAW bersabda:

"Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah." (HR. Muslim)

Istri sholehah adalah ia yang menjaga agamanya, menaati suami dalam kebaikan, dan membangun rumah tangga dengan penuh cinta serta kasih sayang. Ia memahami bahwa kebahagiaan tidak hanya terletak pada dunia, tetapi juga dalam ridha Allah SWT.

Dalam menjalani peran mulianya, ia senantiasa bersikap sabar dan ikhlas, menerima segala ujian dengan hati yang lapang. Ia tidak hanya menjadi penyemangat dalam suka, tetapi juga menjadi penguat di saat duka. Dengan kelembutan hatinya, ia menenangkan, dengan kebijaksanaannya, ia mendamaikan, dan dengan akhlaknya yang mulia, ia menjadi teladan bagi keluarganya.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
"Wanita-wanita yang sholehah adalah mereka yang taat kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah menjaga mereka..." (QS. An-Nisa: 34)
Ia bukan hanya menjaga kehormatan dirinya, tetapi juga menjaga kehormatan keluarga. Ia membangun rumahnya dengan keimanan dan ketakwaan, memperindahnya dengan akhlak yang baik, serta menghiasinya dengan doa-doa yang tulus, Dalam perannya sebagai ibu, istri sholehah mendidik anak-anaknya dengan ilmu dan kasih sayang. Ia menanamkan nilai-nilai kebaikan, mengajarkan Al-Qur’an dan sunnah, serta membentuk karakter yang kuat agar kelak mereka menjadi generasi yang bertakwa dan berakhlak mulia.

Di balik keberhasilan seorang suami, ada doa istri yang tulus. Di balik ketenangan rumah tangga, ada kesabaran seorang istri yang luar biasa. Jadilah istri sholehah, yang bukan hanya membawa kebahagiaan di dunia, tetapi juga mengantarkan keluarga menuju surga-Nya, Semoga Allah menjadikan kita semua istri-istri yang sholehah, yang dirindukan surga dan dicintai keluarga. Aamiin.
Share:

=ANTARA BER-JUANG DAN BER-UANG=

motivasi dan informasi

Riawanti pagi itu bediri didepan para peserta Latihan kepemimpinan Dasar organiasi yang digelar oleh rakan-rekan Osim Di sekolah ku, kata LKD ini sudah lama saya dengar sejak 13 tahun lalu ketika baru merajak di bangku kuliah, tapi LDK dikampus maknanya adalah lembaga dakwah kampus, sama dalam penyebutan tapi beda dalam memaknai dan melaksanakan dilapangan. Saya ingat betul ketika buk Ria menyampaikan pidatonya didepan publik, kata motiavsi dan semangatnya mampu menyulut  jiwa para peserta yang tidur dalam keheningan seakan kegiatan ini hanya ceremonial saja, tapi tiba-tba semangat dari peserta ini sepontan memecah ketenangan dan api semangat organisasi di tubuh para pemuda yang siap untuk mengguncang dunia, tepuk tangan gemuruh pun ikut berteriak menyambut kata-kata yang keluar dari pimpinan mereka..

Tak lama setelah itu pimpinan tertinggi dari organisasi itu pun angkat bicara diatas podium  itu yang ditakuti oleh kebanyakan mereka, setiap kalimat nya juga tak mau kalah dengan sambutan yang pertama, ‘”seorang pemimpin itu harus siap berjuang dan berkorban  rela berkorban ditengah kesulitan dan tantangan,seorang pemimpin harus tetap tegar dan tidak pernah lelah dengan kata menyerah, seorang pemimpin harus memahami bahwa kepemimpinan bukanlah tentang mencari kemuliaan dan ketenaran  pribadi, tapi seorang pemimpin harus tahu tentang melayani orang lain dan mencapai tujuan yang lebih besar, dan perlu di ketahui juga seorang pemimpin bukanlah seorang yang sempurna, sehingga ketika dibawah kepemimpinan nya nanti terdapat kekeliruan janganlah menjadi seperti tinta yang menitik di hamparan kertas putih, sangat kelihatan dan kita sering melupakan setiap sisi kertas yang putih” tutur sang pemimpin tertinggi dalam sambutan yang syarat dengan makna itu.

Penyematan kartu tanda peserta pun terpasang mengalungi leher mereka, dan baju seragam oren itu juga menyelimuti seluruh peserta, semakin menambah semangat mereka dalam mengikuti materi dari beberpa narasumber yang sengaja didatangkan dari pusat kabupaten yang terdiri dari motivator, akademisi dan aparat keamanan (TNI). Setiap materi yang disampaikan syarat dengan makna dan luas denganpengalaman dari masing-masing narasumber, mereka mengikuti dengan hidmat dan sangat antusias sekali, saya melihat dari empat sisi (depan,belakang, samping kanan dan kiri) tidak seorang pun diantara mereka yang pecah dan liar dari konsentrasi saat mengikuti kegiatan yang belangsung selama lebih kurang  sepuluh jam itu.

Kegiatan ini diawali dengan pembacaan ayat suci al Qu’an,yang dilantunkan oleh Ilfayu Mahgfirah, seorang gadis belia yang sholeha, setiap lantunan ayat demi ayat yang dibacakan mampu menusuk qalbu, sehinga mampu merubah resah nya hati menjadi tentram seketika saat mendengar lantunan kalam Ilahi yang dibacakan oleh ilfayu, saya mangenal beliau ketika mengikuti kegiatan MTQ tingkat Provinsi tahun lalu yang diselenggrakan di kota Dumai dengan cabang Hifdzil  Qur’an, yang sekarang masih menduduki kelas X di tingkat MA, setara dengan kelas satu SMA, Kegiatan itupun berlansung Penuh hidmat, dan dilajutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, untuk semakin menumbuhkan rasa Nasionalisme kepada seluruh peserta, lagur Mars Madrasah pun semakin membahana disetiap sisi kegiatan pagi itu.

Okta kurniawan, peserta yang paling aktif dalam kegiatan tersebut, setiap pertanyaan yang di lontarkan kepada setiap narasumber sangat menginspirasi peserta lainya, sehingga suasana semakin aktif dan bersahaja walau demikian tidaklah menyurutkan semangat rekan peserta lainya untuk menyambut dengan jawaban dan saling megajukan pertayan, narasumeber yang pertama ini saya lihat sanagt bersemangat, atau mungkin memang bawaan dari lahir sudah semagat, maklum latar belakang nya adalah militer, sekaligus sebagai orang yang di tuakan di daerah itu pada jajaran satuan Tentar Nasoanal Indonesia, saya tidak terlalu akrab mengenalnya tapi kebersamaan dalam waktu yang singkat itu membuat kami saling mengenal satu sama lain, kalau dlihat dari wajah si beliau agak mirip dengan pemain film holliwood Sylvester Enzio Stallone atau lebih dkenal dengan Rambo,meskipun wajah nya mirip dengan Rambo tapi hatinya seperti Rhoma, lembut dan humoris dan sangat menyenangkan.

Kegiatan latihan Dasar Kepemimpinan Tahun ini agak berbeda dengan tahun sebelum nya,biasa setiap kegiatan memakan dana yang besar, namun tahun ini sangat terbatas sekali dari sisi pendanaan, saya tahu betul setiap kegiatan apapun itu tidak akan terlepas dari yang namanya dana yang lebih mudah disebut dengan uang, tapi ternyata jiwa militansi dari jajaran panitia sama sekali tidak mundur walau serba terbatas, buktinya kegiatan bisa berjalan dengan lancar dan sukses, mereka harus bisa dan mapu dtempa untuk menjadi generasi yang siap berjuang walau tak beruang, demi untuk mencapai rencana yang besar, dengan semangat yang besar.

Dalam segmentasi pertama materi di isi oleh narasumber dari angkatan darat, yang berpangkat sersan, beliau menyampaikan materi tentang wawasan kebangsaan, betapa pentingnya bagi setiap generasi anak bangsa ini mengetahui dan mencintai bangsanya, melalui berbagai macam cara dan model, ada yang meujudkan bentuk cinta kepada bangsa ini dengan berkarya melalui tulisan, membangun peradaban, menjaga budaya, bahasa dan saling menghormati atas perbedaan, indnesia adalah negara yang besar maka butuh nyali yang besar juga untuk menjaga nya dari ancaman-ancaman dari luar maupun dari dalam, sebagai generasi penerus bangsa para peserta latihan ini membuktikan rasa cinta nya kepada negeri ini dengan giat menuntut ilmu, dan belajar untuk disiplin dalam menata diri dan waktu, setelah materi selesai para peserta pun diajak turun kelapangan untuk melalukan refleksi dengan baris berbaris, ternyata dalam gerakan baris berbaris ini memberikan banyak makna dalam kehidupan, terlihat dari barisan dan gerakan para pemuda itu betapa pentingnya untuk menjaga kerapian, setiap gerakan harus sama dan barispun harus sejajara, hal ini mengajarkan kepada kita betapa pentingnya untuk menjaga kebersamaan dalam mengatur sebuah kelompok atau komunitas, hal ini lah yang seharusnya dimiliki oleh setiap pribadi permuda generasi bangsa, apalagi kegiatan ini adalah tentang bagiama menjadi seorang pemimpin yang menahkodai sebuah kelompok atau organisasi, hadirnya seorang pemimpin yang tangguh dan disiplin serta mampu bekerja sama sangat di butuhkan.

   Materi berikutnya disampaikan dari tokoh organisasi pemuda, yang aktif dalam aktifitas gerakan, suntikan materinya mampu memukau para peserta sehingga tak seorang pun dari peserta yang mengalihkan pandangan, mereka hanya tau satu arah pandangan menuju raut wajah narasumber, fikiran nya mampun di setir dalam alam semanngat dalam berorgnisasi, pertanyaan silih berganti dan jawaban pun saling bersambutan membuat suasana menjadi reflek seakan sedang sidang paripurna di gedung DPR, ternyata begitu aktif dan semangat para pesrta mamapu menyingkat ruang dan waktu yang dua jam serasa dua menit, tanp terasa waktu pun telah sampai pada pukul 12,22 Wib. Suara azan pun terdengar dengan lirih dan merdu dari kejauahan, saya yakin itu suara muazin yang mengumandangakan dari pengeras suara masjid yang tidak berapa jauh dati tempat pelatihan, seluruh peseta pun bergegas untuk melaksanan kewajiban selaku seorang muslim dan mukmin, mereka sholat secara berjamaan dan dilanjutkan makan siang bersama, dengan berkeliling membuat lingkaran, saya melihat keakraban dan persaudaran lahir dari suasana itu, nasi dan lauk pauk sudah siap terhidang dihadapan mereka yang dibungkus dalam kotak Spolipom,

Menjelang pada pukul 13 , 30 wib, para peserta pun sudah ontime menungg materi berikutnya, dari seorang akademisi, yang sudah bergelar Doktor, sekaligus ketua ormas keagamaan tempat berkumpulnya para Ulama, Zuama’ dan cendekiawan muslim, sungguh ini adalah pelatihan organisiswa yang spesial dan spektakuler, yang mampu mendatangkan tiga tokoh besar di daerah itu, saya yakin ini bukan kegiatan yang main-main, Riawanti selaku ketua pelaksana ternyata sedang menyiapkan para gernerasi bangsa yang hebat dan tangguh untuk masa depan, materi ke tiga ini sangat unik dan menarik, kalau materi yang pertama mampu membuat peseta tegang dan tegas, sementara ke dua mampum membakar semangat peserta dalam berorganisasi dan berkarya, materi ke tiga ini ternyata mampu membuat seluruh peserta serasa hidup dalam dunia Upin dan Ipin, keadaan berjalan dengan santai tanpa ada beban, tapi meski demikian banyak sekali hikmah dan pelajaran yang mampu mereka serap dari meteri yang disampaikan.

Menjalani kehidupan ini memenag seharus nya kita berorganisasi, agama islam juga adalah agama yang memuat bayak hal tentang organisasi, maka menjadi pemimpin organisasis harus melahirkan rasa cinta dalam setiap prilakunya, rasa cinta yang dibaluri dengan naluri kasih sayang akan mengantarkan roda organisasi yang dipimpin menjadi berputar secara seimbang, sehingga mampu dirasakan manfaatnya oleh setiap anggota, begitulah cuplikan singkat dari materi yang disampaikan oleh narasumber.

semoga kelak anak kits generasi penerus bangsa ini bisa menjadi pemimpin-pemimpin besar, untuk cita-cita yang besar, uang bukan ukuran untuk mencapai impian, berjuang Dan berusaha adalah kunci untuk mencapai harapan yang besar, kits harus ber-Juang untuk menjadi orang yang ber-Uang.

=UMT=

           


Share:

KETIKA TULUS NYA BERUBAH MENJADI FULUS.

motivasi dan informasi

     Suatu hari ada Seorang wanita tengah dihantui rasa berdosa, galau., dan kesal dengan dirinya sendiri. 

         Dia tengah mengalami cinta lama bersemi kembali (CLBK), dengan teman sekolah dulu yang sudah beristri, Bahkan, akhir-akhir ini mereka sering bertemu (Dack street) di rumah wanita tersebut, terkadang melakukan pertemuan diluar Rumah atau kediman mereka, terkadang juga dengan alasan lagi sibuk kerjaan kantor atau profesi lainya, padahal itu hanya sebuah alasan untuk menghabiskan waktu bersama sang Mantan, (Orang yang Pernah dikenalnya), Itu dilakukan berulang-ulang sehingga perbuatan dosa pun sudah sirna dan terasa itu adalah prilaku yang wajar.
          Meskipun pada hakikat nya Atas perilaku ini dia merasa berdosa, namun gejolak nafsu dan birahi telah mengalahkan akal sehat dan menutup segala sisi kebaikan dan kebenaran, sehingga kenistaan dan kebohongan demi kebohongan terjadi kepada pasangan yang sah dan keluarga , seorang Wanita ini pun akhirnya menyadari dan bertanya kepada saya mengenai hal yang harus dilakukan saat ketika akhir dari pengajian disalah satu Masjid dikota saya tinggal, pada acara kajian Taklim mingguan.
      Saya pun menyambut pertanyaan itu dengan lembut dan balik bertanya kepada Wanita Tersebut, "Apakah Ibuk Sudah Merasa Puas atas Perbuatan yang dilakukan" Wanita itupun Diam dan memendam bahasa dan linangan air mata dari Raut nya mampu menjawab atas pertanyaan saya, dan saya bisa melihat jawaban itu dari cara Wanita itu mengalihkan pandangan kearah salah satu sisi dinding Masjid, dan sesekali saya melihat Wanita yang lain (Sahabatnya) sedang menghelus pundaknya secara perlahan, sebagai bentuk rasa Empati dan dukungan secara moril Kepada Wanita itu, saya pun melontarkan kalimat "Tahmid" Memuji Kebesaran Allah, bahwa ibu adalah termasuk orang yang beruntung dan bahagia di dunia ini, karena masih diberikan nikmat kesadaran atas Kekhilafan dalam menjalani kehidupan, diluar sana betapa banyak jiwa-jiwa yang sedang alpa dan terlena dengan indahnya tipu daya Syetan yang seakan itu adalah perbuatan yang baik, padahal itu adalah kesalahan dan dosa yang dibungkus dengan butiran mutiara sehingga terlihat indah.
          Perlu diketahui bahwa di antara fitnah (ujian) yang sering dihadapai oleh seorang Pria maupun Wanita dalam pergaulannya adalah fitnah rasa ketertarikan kepada Lawan jenis yang bukan muhrimnya. Fitnah tersebut bisa terpicu dengan berbagai hal, Umumnya, ketika dia berada di luar rumah, berjauhan dengan muhrimnya, lebih memilih meluangkan waktu berlama-lama bersama dengan bukan muhrim tanpa batas hijab iman, serta berdua-duaan di tempat sepi ataupun keramaian dengan melibatkan hati dan perasaan, sungguh yang demikian adalah kekeliruan yang nyata, jika tindkan ini tidak segera anda hentikan maka Perselingkuhan mudah terjadi saat seseorang bergaul (dengan lawan jenis) tanpa dibentengi iman dan rasa takut kepada Allah Swt. 
            Alasan klasik sering dijadikan rujukan seperti bosan terhadap pasangan yang sah, merasa pasangan sah kita tidak lagi cinta dan sayang kepada kita, dirinya sudah tidak semenarik dulu ketika baru berkenalan dan baru Menikah, kurangnya Perhatian (dari pasangan sah), dan gejolak ingin merajut cinta dengan mantan ataupun orang lain merupakan alasan perselingkuhan yang paling banyak Terjadi. Apapun alasannya, intinya yang dilakukan adalah perbuatan mendekati zina, Yang akhirnya terjerumus dalam perilaku zina beneran, berkhianat pada pasangan yang sah, dan berkhianat pada janji diri sendiri serta amanat Allah Swt.
            Ya memang terkadang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga saat ketika suami pulang kerja lelah, dan terasa istri cerewet, selalu ingin tau apa yang terjadi pada suami di luar seharian, anak-anak yng terasa Rewel dan berisik sehingga kita semakin terkekang dengan kelelahan...aduuuuuh....tambah nyesek dan bosan...heee....
            Sebenarnya istri itu bukan cerewet, nyebelin juga bukan selalu menyibuk urusan suami, tapi itu semua adalah bentuk kepeduliannya terhadap suami karena saking sayang nya istri kepada suami, dan itu ia lakukan adalah wujud bentuk ingin dirinya mendapat perhatian setelah lelah nya seharian penuh ngurusi rumah tangganya, Mulai dari membersihkan ruang Rumah, merapikan kamar tidur, masak sampai mencuci piring, belum lagi mencuci pakaian, ulah anak-anak yang menguras tenaga dan sampai menghilangkan kesabaran, hmmmm..Jangan kecewakan perasaan setiap pasanganmu. Karena dia adalah dermaga kebahagiaan dalam hidup mu. 
          Hidup Sebagai seorang istri hormatilah Suamimu, apapun profesinya,yang tidak jarang lebih rendah dari dirimu, ketahuilah ia tetap nahkoda dalam hidup mu yang akan membawa dan mengantar mu dan anak-anak kepada dermaga kebagian yang dulu dijanjikan, karena Kunci Syurga ada padanya, dan ingatlah engkau Ada bagian dari Dirinya, jika kamu hidup sebagai seorang suami, Muliakan lah Istri mu, walau istrimu tidak secantik dan semenarik teman-teman mu dikantor, tidak seharum rekan-rekan mu ditempat kerja, ketahuilah dia (istrimu) jadi begitu karena tidak punya lagi waktu yang cukup untuk mengemas dan menata diri,karena waktunya telah habis digunakn untuk dirimu (Suami) agar selalu tampil menarik diluar sana, Agar dirimu mendapatkan pujian dn sanjungan diKantor, dihormati dan dihargai oleh rekan-rekan kerjamu, ingatlah Keberadaanya adalah bagian dari tubuhmu (Tulang Rusuk).
            =UMT.Csh= .
Share:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

PUISI

CERITA

UMT.CSH

Di balik kacamata Rose-Tint

Di sebuah warung kecil, seorang perempuan duduk dengan tenang. Sore itu tidak membawa keistimewaan apa pun, hanya angin yang lewat perlahan,...

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Sample Text

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.