motivasi dan informasi
Langit malam itu terlihat cerah sekali, karena dihiasi dengan indahnya Cahaya rembulan, kang Cipto dan cak Nur pergi untuk menikmati dinginya suasana malam, sambil menyeruput segelas kopi secara bergantian, suara amukan mesin motor dan hiruk-pikuk kendaraan silih berganti, dan aroma kopi dari warung-warung pinggir jalan membuat tenang rasa kegelisahan yang sedari siang sedang melanda, aroma gurih nya bawang goreng dari warung sate pak Kumis semakin menambah rasa lapar perut kang Cipto yang sedari siang belum ketemu nasi, telphon gengam nya pun bergetar, terlihat disana nama kang rudi memanggil, menyakan perihal persiapan untuk besok pagi tepatnya jam 8,30 kang Cipto dan kang rudi akan melakukan sidang seminar tugas akhir kuliah.
Kang Cipto datang dari desa terpencil di pinggiran Kepulan yang terletak diberbatasan perairan selat melaka, belajar terus walau terkadang harus berhadapan dengan aturan-aturan yang mengikat dan tersusun rapi seakan mempersempit ruang dan waktu untuk terus maju sampai pada titik ini, tapi berkat ke uletan dan kerja keras kang Cipto akhirnya sampai pada posisi Dimana semua mahasiswa mendambakanya, kang Cipto ingat betul dulu Ketika masih Bersama teman-teman satu Angkatan beliau mengambil mata kuliah metode penelitan Bersama Dr. Khusnadi, sampai sekarang kang Cipto ingat betul beliau menyampaikan kalimat yang dikhususkan untuk nya“ waktu lama terasa sebentar” kala itu kang Cipto kuliah sambil mancing di Sungai pada malam hari.
Empat tahun sudah waktu berlalu, waktu yang tidak lazim diselesaikan oleh seorang mahasiswa Pascasarjana, tapi Kang Cipto tetap optimis walau terkadang ada titik jemu untuk sampai pada tahapan akhir ini, Ada masa ketika Rasa hampir menyerah. Saat itu kondisi ekonomi sedang tidak setabil, dan waktu seakan tidak terbagi habis diserap oleh kesibukan sebagai ASN. Namun dorongan dari isrti yang tidak pernah menyerah berdoa siang dan malam, serta teman-teman yang membuat Kang Cipto untuk terus tetap bertahan. Kang Cipto dan kang Rudi tidak saling kenal sebelum nya, namun demikian bukanlah menjadi penghalang untuk mereka berdua saling menguatkan untuk Bersama menggapai mimpi dan meraih cita.
Malam semakin larut, kang cipto masih terlihat Santai sambil menyeruput kopi yang tinggal beberapa tegugk disudu gelas, Sambil bercerita dengan Cak Nur tentang pengalaman hidup masing-masing, cak Nur lulusan sarjana Hukum, dan punya pengalaman di gelanggang legislatif, kekalahan dalam laga politik bukan lah hal yang memalukan melainkan sikaf gentlemen yang harus dimiliki oleh seorang Cak Nur, kini Cak Nur tidak pernah berputus asa tetap mencari pengalaman hidup dengan terus berkelana, sinar rembulan yang tadi nya cerah kini sedikit redup tertutup awan putih sepertinya akan menurun kan hujan, ternyata benar tak lama kemudian hujanpun turun dan kang Cipto Bersama Caknur yang sedang Duduk di Balkon Rumah Toleransi dilantai dua itu, segera mencari tempat persembunyian dari serangan air hujan.
Tanpa terasa waktu pun sudah menunjukan pukul 23,47 Wib, ini sudah cukup larut bagi kang Cipto untuk bersitirahat merebahkan badan setelah seharian menyusuri jalanan terjal dan berbukit, Cak Nur pun Pamitan untuk pulang ke kos-kosan yang tidak jauh dari Markas besar Pemuda Ansor itu, kang Cipto yang seharus nya lelap dalam tidurnya, kini Cuma membolak-balikan lembaran tesis yang besok pagi akan di ujikan oleh para akadmisi, namun setiap lembar yang dibolak-balikan tetep sama saja seakan tidak ada yang nyangkut sama sekali difikiran kang Cipto.
Dipenghujung malam kang cipto bangun lebih awal dari biasaya, kara ia sadar tidak akan mampu berbuat apa-apa kecuali ada campurtangan yang maha kuasa untuk membolak-balikan hati dan merubah suasana, seperti biasa kang cipto setiap dipenghujung malam selalu menyempatkan waktu untuk bermunajad memohon yang terbaik untuk setiap langkahnya dalam meniti kehidupan, azan subuh pun berkumandang selang beberapa menit setelah kang Cipto bermunajah, kang Cipto pun menunaikan kewajiban selaku seorang muslim, tidak lupa juga kang cipto menyempatkan waktu untuk membaca kalimat-kalimat suci dari kitab pedoman dan petunjuk untuk seluruh manusia setelah sholat subuh, lembaran-demi lembaran Kembali dibuka dengan harapan ada tambahan pengetahuan yang diharapkan dari setipa lebaran Tesis nya, namun hasilnya tetap sama seperti tadi malam.
Jam sudah menunjukan pukul 07, 06 Wib. Kang cipto pun bergegas untuk Bersiap-siap berangkat kekapus, sengaja kang Cipto hadir lebih awal, setiba nya dikampus masih ada penjaga gerbang yang menyapa dengan ramah dan lembut serta penuh perhatian, Cahaya persaudaraanya timbul lewat senyum yang diberikan kepada setiap mahasiswa dan dosen yang hadir disana, termasuk kang cipto, kang Rudi yang hadir beberpa menit setelah kang cipto, kinipun mereka bertemu, sambil bercerita tentang persiapan apa yang telah di siapkan Langkah kaki mereka pun membawa nya sampai ke ruangan sidang nanti nya dilaksanakan.
Satu persatu para penguji pun hadir keruangan, disusul pimpinan sidang dan sekretaris, gilirian kang Rudi menempati posisi pertamakali dipanggil, kesederhanaan nya dalam Menyusun kata dan menata tulisan membuat sedikit terusik para penguji untuk mengukur sejauh mana penguasaan kang Rudi kepada apa yang ditulisnya, setiap pertanyaan dijawabnya denan perlahan dan hati-hati penuh dengan keyakinan walau terkadang terbantahkan argument denan para penguji, tetap saja kang Rudi dengan tenang dan wajah penuh kepastian itu selalu menutupi setiap kekurangn yang ada, prose berjalan selama lebih kurang 1 setengah jam, ya waktu yang cukup lah untuk menguras fikiran dan mental.
Giliran ke dua kang selamet, Langkah nya menuju meja Tunggal itu seakan telah tertulis penyiksaan dari sang penguji akan datang silih berganti, kewaspadaan dan kehati-hatian dalam menpersentasikan hasil karya nya membuat dia tetap kuat untuk melangkah, tapi apakan daya waktu sudah tidak cukup lagi untuk menghimpun argument dan jawaban dari setiap rencana yang akan ditanyakan para penguji ini, akhirnya kang selamet pun pasrah menerahkan semua kepaa yang maha kuasa, semua ujian berlalu seperti arus yang ber hulu dan hilir mengikuti jejak alur Sungai, kang selamet pun bisa tersenyum lebar seteah detik-detik menegangkan itu berlalu.
Tiba waktunya kang Cipto yang tidak punya persiapan matang seperti kang rudi dan kang selamet, menempati meja Tunggal itu untuk mempertanggung jawabkan dan diuji karya tulisnya, tapi logat jawanya dalam menyampaikan persentasinya dan tidak monoton terhadap slide yang ditayangkan, akhirnya memecah suasana beku, yang tadinya hening Bagai hidup ditengah Gempitanya malam kini menjadi suasana yang humoris dan penuh Kekeluargaan dan tawa, atau mungkin juga karena waktu sudah siang dan perut para penguji sudah mulai keroncongan, karena tidak ada snack untuk di nikmati, kang cipto yakin dibalik candaan para penguji itu sebenarnya tersemat nasihat yang berharga, setiap kalimat nya dicermati dan sesekali kang Cipto menganggukan kepala sebagai bentuk takzim dan mengakui kesalahaynya.
Terrnryata setelah semua ujian itu dilalui, ada sinar mulai bermunculan diwajah kang cipto dan dua orang sahabatnya tu, Hari itu, Kang Cipto telah membuktikan bahwa perjuangan tidak pernah mengkhianati hasil. Bahwa mimpi, sekeras apapun jalan menuju ke sana, selalu layak diperjuangkan, kini cerita telah terabadikan kang Cipto adalah satu-satunya putra dari seorang buruh tani yang mamapu menyelesaikan S2 nya, sebagai wujud mimipi dan angan dari kedua orang tuanya. Selamat kepada kang cipto atas gelar yang diraih semoga bisa bermanfaat dan berkah untuk kehidupan.
Kepada sahabata ku pembaca dimanapun berada, yakinlah tidak ada kesalahan mutlak yang ada pada diri kita dan tidak ada kebenaran hakiki pula dalam kehidupan kita yang ada adalah sebuah jawaban yang fleksibel agar kita terus belajara dari setiap kesalahan yang ada pada diri kita, sebagai seorang pelajar jadikanlah setiap nasihaat dan tutuan gurumu menjadi motivasi dan untuk memperbaiki kesahalahan.








Tidak ada komentar:
Posting Komentar