NUansa.UMT

Budaya Disiplin Adalah Esensi Kehidupan

Suatu hari ada segerombolan pemuda sedang melakukan kegiatan pendisiplinan diri, mulai dari cara duduk, berdiri dan duduk kembali, termasuk ketika akan menyentuh makanan ringan yang telah disiapakan oleh panitia pelaksana, Mbak Lasiem terlihat sedari awal mondar mandir menyusun dan merapikan barisan  pasukan untuk duduk secara teratur, mereka tidak berani menyentuh makanan sebelum mendapat perintah dari pimpinan pasukan, dari peristiwa itu saya banyak mengambil pelajaran, bahwa hidup ini harus taat pada aturan yang telah ditentukan.

Disiplin, kata ini seringkali kita dengar kalimat yang terasa sederhana, tetapi justru di situlah letak kesulitannya. Banyak orang tahu pentingnya bangun pagi, menepati janji, atau mengatur waktu dengan baik. Namun hanya sedikit orang yang benar-benar konsisten melakukannya, Seorang pekerja yang terbiasa datang tepat waktu, bekerja dengan fokus, dan menyelesaikan tugas sesuai target, perlahan akan mendapatkan kepercayaan lebih dari atasannya. Seorang pedagang yang disiplin menjaga kualitas barang dan melayani pelanggan dengan tepat, akan melihat usahanya tumbuh dan dipercaya. Bahkan seorang ayah atau ibu yang disiplin dalam mendidik anak-anaknya, kelak akan menuai hasil berupa pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab, begitu juga hal nya dengan seorang pelajar yang disiplin dalam menajemen waktu ta’at pada aturan  sekolah dan guru, akan mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari rekan-rekanya.

Disiplin bukanlah beban, melainkan investasi jangka panjang. Ia mengajarkan kita untuk menghargai waktu, menghormati janji, dan melatih diri menghadapi kesulitan. Orang yang sukses bukanlah mereka yang sekali dalam berusaha lalu berhasil dalam tujuan, melalainkan mereka yang berulang kali menjaga kebiasaan baik meski terasa berat, Ingatlah, keberhasilan besar bukan dibangun dalam sehari. Ia lahir dari disiplin kecil yang kita ulang setiap hari. Bangun lebih pagi, bekerja lebih teratur, menjaga lisan, menepati janji, hingga melawan rasa malas, semua itulah yang menjadi tangga menuju puncak.

Banyak orang yang merasa dirinya tidak sempat dan waktu tidak cukup, padahal ia belum mencoba sama sekali, bahkan sering menjadi budak atas kemalasan yang ia bangun sendiri, Maka jangan menunggu besok untuk memulai disiplin. Mulailah dari hari ini, dari hal-hal kecil. Karena keberhasilan sejati hanya bisa diraih oleh mereka yang sabar, tekun, dan setia menjaga disiplin diri,

Kita sering melihat di SPBU aktifitas pengisian bahan bakar minyak pada kendaraan juga tidak bisa dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu, mau tidak mau mereka harus bergantian, budaya antri wajib diterapkan, pembagian sembako, air bersih sampai pada uang kesejahteraan rakyat juga dibagikan oleh petugas secara bergantian, tidak ada dilakukan scara bersamaan dalam satu waktu, itu mengingat begitu penting nya budaya antrian dalam setiap sektor kehidupan untuk mengatur sirklus kehidupan bisa berjalan dengan seimbang, coba perhatikan bagi seseorang yang pecandu rokok beratpun, ketika berpuasa seharian penuh dan waktu detik-detik berbuka perasaan riang bahagia menyelimuti segenap jiwa, iapun harus memilih antara merokok didahulukan atau makan terlebih dahulu, tentu seorang perokok pun tidak akan merasakan nikmatnya kenikmatan keduanya saat ketika dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu.

Hidup ini adalah sisi yang bergantian, kita yang sekarang ini menduduki posisi sebagai seorang pemimipin juga menggantikan posisi orang sebelum kita, Begitulah roda kehidupan berputar. Tidak ada jabatan yang abadi, tidak ada kedudukan yang selamanya kita genggam. Hari ini kita memimpin, esok mungkin kita dipimpin, maka dari itu  yang terpenting bukanlah berapa lama kita berada di posisi itu, melainkan seberapa besar amanah yang kita tunaikan dengan baik. Pemimpin yang disiplin, adil, dan bijaksana akan dikenang bukan karena jabatannya, tetapi karena jejak kebaikan yang ia tinggalkan.

Seorang pemimpin sejati tidak mencari kehormatan untuk dirinya, tetapi memberikan manfaat bagi orang lain. Ia mengerti bahwa kepemimpinan bukan tentang kedudukan melainkan tentang pengabdian. Dan pada akhirnya, setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban, bukan hanya di hadapan manusia, tetapi juga di hadapan Allah, saya berterimakasih sekali kepada rekan-rakan yang seharian ini mewujudkan rasa kepeduliana dan kedisiplinan untuk menata hidup lebih matang dan memanfaat kesempatan umur, serta waktu yang diberikan Allah untuk melakukan perkara yang bermanfaat.

Maka, selama kesempatan itu masih ada, pimpinlah dengan hati, dengan disiplin, dengan keadilan, dan dengan ketulusan. Tumbuhkan rasa kasih diantara sesama untuk menjadi pribadi yang rahmatan lil alamin.


Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

PUISI

CERITA

UMT.CSH

Di balik kacamata Rose-Tint

Di sebuah warung kecil, seorang perempuan duduk dengan tenang. Sore itu tidak membawa keistimewaan apa pun, hanya angin yang lewat perlahan,...

Recent Posts

Unordered List

  • Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit.
  • Aliquam tincidunt mauris eu risus.
  • Vestibulum auctor dapibus neque.

Sample Text

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation test link ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.

Pages

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.