Hari ini saya mengikuti pembukaan Pendidikan Profesi Guru dalam jabatan,
dibuka secara serentak seluruh indonesia, pelaksanaan ini tidak main-main
gebrakan luar biasa dilakukan oleh kementrian agama Republik Indonesia, dalam
gurun waktu tahun 2025 ini per bulan Agustus telah mencapai target sebesar
206,411 yang telah disetifikasikan, tentu ini bukan angka yang standar tapi
melebihi daripada target dari tahun-tahun sebelumnya, pembukaan ini dibuka
langsung oleh Mentri Agama Republik Indonesia KH. Nazarudin Umar, bagi saya
beliau adalah sosok figur yang sederhana tapi berkualitas, mungkin saya salah
satu dari jutaan rakyat Indonesia yang mengagumi beliau, saya selalu mencermati
setiap perkataan beliau, setiap rangkaian kalimat dan susunan kata-kata yang
keluar dari lisanya selalu memberikan semangat baru dan penuh makna.
Saya mengutip dari perkataan beliau bahawa Pendidikan Profesi Guru (PPG)
jangan dilihat hanya sebatas formalitas untuk menuju sertifikasi, melainkan
transformasi menuju profesionalisme, karena Guru adalah ujung tombak pendidikan,
dengan adanya pelaksanaan PPG ini tentu harapan nya adalah bagi seluruh Guru Indonesia
mampu semakin berintegritas, profesional, dan jadi tauladan bagi generasi
bangsa, itu artinya peran guru sangat menentukan nasip baik buruk nya
peradaban sebuah bangsa, bagi seorang guru yang profesional harus mampu
mengukur empat kriteria yang pertama adalah Learning How To Lear, yaitu
Belajar Bagaimana Belajar. Ternyata
kita sebagai seorang guru harus belajar, balajar banyak hal dari lingkungan
sekitar, termasuk belajar kepada murid kita sendiri, karena memang pada
hakikatnya kita mengajar itu adalah belajar, belajar untuk bisa mentranfer ilmu
pengetahuan sehingga bisa dirasakan manfaatnya kepada peserta didik kita,
setelah kita belajar bagaiman belajar, maka otomatis akan membawa kita terus belajar,
yaitu belajar bagaiman mengajar, Learning To How Teach, sebagai tolak
ukur yang ke dua, pada posisi ke dua ini lah porsi Guru mampu menginternasikan
kepada murid-murid untuk belajar bagaimana belajar, setiap anak-anak murid itu
diajarkan bagaimana belajar, maka hal ini orientasinya ada pada istilah Taklimul Muta’allim dalam pendidikan,
kemuadian yang ke Tiga, Taech
How To Learn, Belajar Bagaimana
Belajar, jadi seorang Guru harus bisa mengajarkan bagaiman seorang murid
itu belajar dan juga disinilah terletaknya istilah Teaaching How To Teach, Mengajar Bagaimana Mengajar,
dari ke empat komponen inilah harus bisa kita pisahkan untuk menjadi
seorang guru profesional, kita sebagai seorang guru tidak boleh menyatukan
antara digit-digit diatas agar supaya lebih bisa tampil secara profesional dan
tidak mencampur adukan antara satu kriteria denga kriteria laianya, seorang
guru profesional harus bisa tampil menajdi Tiga figur dalam waktu bersamaan,
pertama ia harus mampu menjadi sebagai seorang Pengajar, maka ia akan
melahirkan murid yang ilmuan, seseorang yang ilmuan itu ia pintar tapi tidak
harus mengamalkan ilmu yang ia dapatkan , yang Kedua seorang guru harus
menjadai seorang Pendidik, maka ia akan melahirkan murid-murid yang intelegtual,
seseorang yang intelegtual maka ia berilmu dan akan mengamalkan ilmunya, ke
Tiga seorang Guru harus benar-benar menjadi Guru, maka ia akan
melahirkan murid-muridnya menjadi cedekiawan, maka seorang cendekiawan tidak
hanya berilmu, mengamalkan ilmunya, tetapi ia juga bisa bermanfaat dan
dirasakan oleh orang lain, itu artinya seorang Guru Profesional tidak hanya
mengajar dengan Rasio, tapi juga dengan Rasa, kerana mengajar dengan Rasio maka
ia akan menjadi seorang Pengajar, dan
jika ia mengajar dengan Rasa maka ia akan menjadi seorang Pendidik.
Jangan heran ketika kita meneumui dilapangan seorang guru yang ketika
dikelas ia berpakaian rapi, berjilbab atau berpeci, menutup aurat dan
bepenampilan smart, akan tetapi ketika diluar kelas atau diluar sekolah, ia
berubah penampilan, menjadi lebih arogan, berpakaian ketat, pergaulan bebas
bicaranya tidak lagi berwibawa, maka seorang Guru yang seperti ini hanya
menepati posisi sebagai seorang Pengajar, dan ia tidak akan mampu menularkan
dan menelurkan nilai-nilai kebaikan kepada muridnya-muridnya, sehingga ilmu
yang disampaikan sangat minim dari pengamalan dan kebrhasilan dalam mencapai
tujuan bagi murid-muridnya, Guru profesional ibarat obor yang menerangi
kegelapan , menerangi jalan-jalan dan menjadi lentera hari bagi murid-muridnya
sehingga selalu menuntun untuk menemui cahaya kehidupan, Minazzulumati ilannur.
Kalimat demi kalimat dari beliau ini saya cermati dan benar-benar
memberikan sentruman Iman yang luar biasa bagi pribadi diri saya, menggungah
jiwa yang selama ini tidur dengan
kelalaian hakikat sebagai seorang Guru, tidak boleh hanya sebatas menjadi
pekerja dan mendapatkan Gaji lalu dinikmati bersama keluarga, tapi kita harus
bisa bagaimana menjadi Guru yang hadir dengan panggilan jiwa, sehingga
inovasi-inovasi akan lahir disetiap kelas, membawa murid-muridnya kearah
peradaban masa depan yang cemerlang bukan malah sebaliknya menjadi murid-murid
pecundang, mengarahkan murid-murid nya menajadi generasi masa depan perintis
bukan setakat pewaris, mencetak generasi yang ulul albab (ilmuan, intelegtua
dan cendekiawan).








Tidak ada komentar:
Posting Komentar