Di sela-sela istirahat ke dua menjelang pembelajaran dimulai, Mas Adi Bercerita tentang betapa singkatnya hidup yang kita jalani, rasanya baru kemaren sore kita dan sahabat sahabat lama seperjuangan duduk ngumpul bersama bercerita tentang klenik-klenik tingkah laku peserta didik yang beraneka ragam, setiap permasalahan dipecahkan bersama, serumit apapun masalah yang ditemui selalu ada solusi tanpa harus melukai satu sama lain, baik itu diri pribadi peserta didik maupun rekan kerja, biasanya Pak Rasyid selalu menjadi orang tengah dalam memecahkan masalah, sekarang kami harus berpisah ntah kapan bisa berkumpul kembali.
Saat ini kami masih bisa duduk bersama saling bercerita tentang masing-masing pengalaman dikelas yang berbeda dengan wajah berbeda pula, ada yang dari kuansing, kampar, sumbar, ada juga dari kota bertuah, dan selatpanjang, semua nya berkumpul menjadi satu tanpa membedakan suku dan bahasa, inilah hakikat ke Bhinneka Tunggal Ika an, dalam ikatan kekeluargaan kami yang baru.
Rasa kaget, khawatir dan takut, dirasakan oleh rekan-rekan saya yang baru, maklum untuk menyesuaikan diri di lingkungan yang baru memang tidak mudah, belum lagi di belenggu oleh rasa Rindu yang menggebu terhadap Suami dan Istri yang di tinggalkan demi pengabdian kepada bangsa, ini adalah tugas mulia, belum lagi seorang Ibu yang harus meninggalkan Putra-putrinya, yang saat ini sangat membutuhkan belayan kasih sayang, dan cerita indah sebagai pengantar saat mau tidur, hmmmmm....sebuah Rasa yang tidak mudah untuk di luluhkan kan, tapi saya yakin badai pasti berlalu.
Belum lagi Sahabat saya Pak Rizki, yang harus berpisah dengan istri baru nya, maklum belum ada 40 hari menikah, sudah ditinggal demi sebuah perjuangan dan pengabdian, semoga Pak Rizki sehat di rantauan dan di berikan Kesabaran untuk sang Istri, meski demikian Sahabat saya ini selalu tampak ceria tak sedikitpun tampak diwajahnya rasa Gundah untuk menjalani hidup tanpa istri yang mendampingi karir nya, walaupun usia nya jauh lebih muda dibanding saya 10 tahun jarak nya, tapi keilmuan dan pengalamanya sudah lebih Tua dari usia saya.🤣🤣.
Saya banyak belajar ilmu hikmah dari nya, beliau mengatakan bahwa untuk bahagia itu tidaklah harus berada di suatu tempat, karena jika bahagia itu ada di suatu tempat pastilah semua orang akan menuju kesana, dan bahagia itu juga tidak bisa dibeli, jika bahagia itu bisa dibeli pastilah hanya orang-orang yang Kaya saja yang bahagia, Tapi rasa bahagia itu ada pada hati yang ikhlas saat menerima takdir dari yang Kuasa untuk diri nya.
Ternyata saya mulai mengerti Setiap persoalan pasti ada jawabanya, karena tidak ada seorang Guru pun yang memberikan soal untuk murid nya kecuali Dia sudah punya Kunci jawabnya, di sela-sela kerumitan masalah yang kami hadapi, alhamdulillah sedikit terkikis dengan hadir nya Buk Ema, yang menyugukan Kopi hangat untuk kedua kalinya setelah beberapa waktu yang lalu juga saya muat dalam sebuah artikel, ternyata benar kata orang, bahwa nyeruput kopi bisa membuat ambyar sebuah permasalahan.
Pak Syafriwal yang duduk di samping Pak Untung, baru saja berhayal dan belum selsai tentang bagaimana bisa menikmati nikmatnya Kopi liberika Meranti yang baru saja di ceritakan oleh Mas Adi, saya berharap Pak Syafriwal bisa mewujudkan hayalanya tentang Kopi liberika, tentu kuncinya ada pada mas Adi yang di tunggu traktiran untuk menikmati kopi liberika di pinggir laut, saya siap untuk menemani dan mendengar cerita mereka berdua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar