Hari ini saya kembali menjajaki ibukota bumi Melayu itu, bertemu dengan orang-orang hebat, yang dulu pernah saya ceritakan dalam episode "Suci Dalam Debu", kali ini lebih lengkap dari yang sebelumnya.
Pertemuan ke dua ini dalam tatap muka pertama memberi kesan yang lebih mendalam dan luas dalam kehidupan, yang lucu dan menggelitik hati adalah ketika kami bingung mencari ruang kelas sebelah mana, saya masuk melalui gerbang utama mengikuti langkah bang Zaman yang juga sebenarnya bingung.wkwkwk...maklum mahasiswa dari kampung dan baru pertama kali ke kampus elit tempat para cendekiawan itu.
Baru saja berjalan melalui pinggiran gedung itu tiba-tiba saya kehilangan jejak bang zaman, padahal saya baru saja menoleh melihat lukisan estetik di sudut bangunan ber cat Kuning itu, ternyata bang zaman sudah memasuki ruangan terlebih dahulu, waduh rasanya bingung campur takut dan khawatir salah ruangan.
Saya melanjutkan perjalanan, tiba-tiba dalam pandangan lurus, saya menuju arah terlihat beberapa orang sedang berjalan sambil bergandengan terlihat mesra dan akrab sekali, ternyata di situ ada buk.Zahra, buk Sefri dan buk Imelda masih ada dua lagi yang saya sudah pangling, karena sebagian wajah nya tertutup riqob.
Bersyukur...saya merasa lega karena ada mereka yang mengurangi rasa bingung, yang membuat berat langkah kaki untuk melanjutkan Keruangan perdana itu, tanpa terasa ibuk ibuk ini pun sudah dihadapan saya, ...waduuuh..ibuk-ibuk ini terlihat akrab dan mesra betul, iya pak....mungkin karena Rindu sudah 7 bulan tidak bertemu, tutur dari buk Zahra...."jangan Rindu Buk...Rindu itu berat, balasan saya sambil bercanda...saya khawatir rindunya akan menjalar ke saya...🤣🤣🤭.
Kami pun melanjutkan perjalanan, setiba di ruangan, pak dosen sudah siap untuk memberikan mata kuliah kepada kami semua, sungguh luar biasa kalimat demi kalimat nya memberikan pesan-pesan moral dan pola dalam kehidupan yang membuat saya kagum dengan Syistem kuliah nya.
pelajaran hari ini memberikan banyak arti sebuah keadaan yang penuh dengan hikmah, saya merasakan setiap sudut pandang memiliki makna yang berbeda, disitulah saya mengerti betapa pentingnya komunikasi yang baik untuk mewujudkan kedamaian dengan tidak saling menyalahkan karena berbeda cara pandang, dan untuk mendapat kan komunikasi yang baik tentu kita harus mengenal lebih dekat dengan lawan sosial kita.
Ternyata kekuatan pertemuan dan komunikasi ini benar-benar mampu merubah keadaan, dalam kisah Malin Kundang, saya yang selama ini hanya terbelenggu dengan kedurhakaanya, sehingga menutup kebaikan dan perjuangan yang telah dilakukan untuk mencapai puncak kejayaan yang berujung pada sumpah kutukan dari sang ibu, padahal kutukan itu adalah bernilai pendidikan yang tidak baik bukan.
Se usai kuliah kami pun keluar ruangan dengan saling tukar cerita, mulai perjalanan, pengajuan judul tesis, sampai rencana mau wisuda bareng, kalau di teruskan memang tidak ada selesai nya, kami pun tutup perjumpaan itu dengan sholat ashar berjamaah, se usuai sholat tanpa terasa saya dan pak Syaiful masih lanjut membicarakan tentang perencanaan sempro, suasana pun samakin akrab dan mesra karena ada pak Irfan yang setiap pembicaraan nya mengundang ketertawaan di antara kami.
Di luar Musholla masih ada mbak Evi dan Nella, juga Melisa yang belum beranjak pergi Karena masih ada cerita yang mau ditumpahkan terkait persiapan sempro, dan mewujudkan keakraban, saya benar-benar merasakan persahabatan dan kekeluargaan yang di ikat dengan sebuah rasa ya itu Rindu, Kerinduan yang menyatukan persahabatan tidak ingin cepat berlalu kebersamaan, Rindu yang juga mendesak untuk saya segera kembali pada pangkuan keluarga, ada dua buah hati yang sedang menanti dan satu jiwa yang ikhlas dalam memberi.
" Ternyata Rindu itu memang berat. "Benar kata Dilan, jika merujuk pada sejarah ujian terberat dan pertama kali yang dialami Manusia adalah RUNDU, ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar