Enam bulan kami saling kenal, ada banyak cerita dan kisah terjalin, namun tak sekali pun ada pertemuan langsung, seperti di bulan ke delapan, rasa kebersamaan itu semakin terikat erat dengan saling berbagi cerita, canda dan ria sebagai penghias kebersamaan ini.
Saya datang lebih awal, karena ingin melihat situasi dan kondisi seperti biasa nya yang pertama kali saya cari adalah musholla di mana tempat paling indah untuk ku bercengkrama dengan sang maha pencipta. Armansyah selaku shohibul wilayah mengikuti dari belakang dan kami pun saling merangkul dalam ukhwah.
Kami pun duduk dan sambil bercerita tentang kehidupan masing-masing, Ahmad Irfan pun memecahkan pembicaraan kami, dengan wajah ceria nya sambil tersenyum lebar saat pertama kali pertemuan ini, ternyata tak jauh beda dengan yang di online....beliau adalah seorang kepala madrasah yang sangat di gemari oleh santri-santrinya, saya melihat pancaran wajah ketulusan yang membuat semua orang senang terhadapnya, sehat selalu sahabat ku Ahmad Irfan.
Kemudian tak lama hadir Sefti Yanda, dengan tampil beda membuat saya tertanya lirih dalam benak, "siapakah Dia", riqob yang melabuh disekujur wajah kecuali mata itu membuat rasa penasaran ku semakin tinggi, setelah saling penasaran antara aku dan Irfan baru lah semua kepenasaran itu terungkap, sahabat yang selama ini bersama dalam dunia online itu wujud menjadi nyata, setiap kalimat nya penuh dengan makna dan berhati hati dalam setiap perkataan, karena setiap kalimat yang keluar dari lisannya ini harus ada pertimbangan dan perhitungan yang tepat, mungkin ini karena latar belakang keilmuan ya sebagai seorang filsafat.🤭🤭
Disusul Evi Nurhidayati sahabat ku yang selalu mengingatkan saat kelalaian di waktu kuliah S2, walau usia jauh lebih muda denganku 12 tahun jarak nya, tapi ia mampu bersaing dalam setiap argumentasi ketika berdiskusi di kampus online itu, pertama kali bertemu tak banyak perubahan dengan ketika berada di kelas online, saya bisa kenali Dali suara khas kejawaan nya yang bercampur Melayu siak itu adalah Evi Nurhidayati, padahal baru pertama kali bertemu, walau wajah tak bisa ku kenali secara sempurna karena hijab riqob nya juga menjulur sebagai pertahanan kehormatan sebagai seorang wanita muslimah, bercadar atau tidak bercadar tak lah menjadi persoalan genting yang harus di perdebatkan, yang penting persahabatan tetap jalan. Evi juga menggandeng Melisa yang juga pernah menjadi peserta didik ku di waktu bangku sekolah menengah atas.
Satu persatu di antara kami pun memenuhi sela sela kursi yang masih kosong, tinggal kini yang di tunggu Zahara, ibuk bagi kita semua, walau sempat di jemput oleh Sri Imelda yang sudah seperti kakak sulung diantara kami, setelah beberapa menit menunggu Zahra pun tiba denagn membawa bungkusan yang berisi beberapa jenis kripik dan kerupuk, kami pun senang dan bahagia sambil menyoraki "ibuuuuuuu ......." Laksmana seorang anak -anak yang menanti kepulangan ibunya sepulang dari pasar, seraya membagikan beberapa jajanan dari Dumai..
Terimkasih ibuk Zahra..... kami pun sibuk membuka jajanan yang di bawa oleh ibu Zahra, dengan gembira riang sambil tertawa lepas seakan tiada hijab lagi, walau diantara kami beda pemahaman namun saling memahami, ya itulah indah nya persahabatan, kami selalu menyingkirkan ke egoisan masing-masing.
Jaga kebersamaan dalam perbedaan, saling pengertian adalah solusi dari segala permasalahan, ku temukan ada kesucian dalam debu yang berhamburan,......*bersambung........*
MasyaAllah pak,👍,
BalasHapus